Festival Sinema Kita 2025, Putar Film Dokumenter Road to Resilience

Festival Sinema Kita 2025, Putar Film Dokumenter Road to Resilience

Festival Sinema Kita 2025 hadirkan pemutaran film Road to Resilience dan bedah buku Anak Negeri di Pusaran Konflik Suriah-Harian Disway-

Celakanya, ketika perang meletup, banyak perempuan dan anak-anak yang terjebak di sana. Huda menyatakan, konflik Suriah tidak bisa dipandang semata soal perang.

Ada juga kaum perempuan dan anak-anak yang terlahir di sana. "Mereka harus diselamatkan. Itu fokus kami,” tegasnya.

BACA JUGA:Profil 7 Pemeran Utama Film Sayap-Sayap Patah 2: Olivia, dari Arya Saloka Sampai Meriam Bellina

Sebagai upaya menggali fakta terkait mereka yang terseret dalam masalah kemanusiaan itu, ia pun terjun langsung mewawancarai kelompok Jamaah Islamiyah (JI) atau kelompok JAD. Keduanya terlibat dalam pusaran konflik di sana.


Noor Huda berdiskusi bersama penonton yang hadir dalam acara Festival Sinema Kita-Harian Disway-

Atas dasar kemanusiaan, Huda dan timnya memilih event seperti Festival Sinema Kita (FSK) di Surabaya, untuk mendiskusikan dan mencari solusi konkret atas masalah tersebut.

Baginya, sengkarut berlarut-larut itu tak sekadar masalah keamanan. Tapi juga masalah sosial yang harus dicarikan jalan keluarnya.

BACA JUGA:5 Film Tentang Suporter Bola yang Penuh Emosi dan Adrenalin

“Ini bukan hanya tanggung jawab saya sebagai penulis atau pembuat film. Tapi harus menjadi kesadaran bersama sebagai sebuah bangsa. Sebagai media, kami akan berikhtiar mengingatkan publik. Terkait apa saja yang harus dilakukan bersama,” paparnya.

Maka, mereka berharap para akademisi, ormas keagamaan, kepemudaan, dan mahasiswa, terlibat dalam upaya menuntaskan permasalahan itu.

Sebab, hal itu merupakan masalah bersama yang harus diselesaikan. Huda juga menawarkan pola pendekatan 5R: Repatriasi, Relokasi, Rehabilitasi, Reintegrasi, dan Resiliensi. 

BACA JUGA:Hollywood Sekarat, Trump Akan Berlakukan Tarif 100 Persen untuk Film Produksi Luar Amerika Serikat

Film dokumenter Road to Resilience diangkat dari perjalanan seorang remaja Indonesia bernama Febri. Ia terjebak janji-janji manis ISIS.

Selama 300 hari berada di Suriah, anak bungsu dua bersaudara itu akhirnya menemukan jalan kembali ke Tanah Air.

Namun, masalah belum selesai. Setibanya di Indonesia, ia menghadapi kenyataan pahit. Yakni berupa penolakan dan stigma masyarakat. Mereka menganggap rombongan yang dipulangkan dari Suriah sebagai pengkhianat. (*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: