Sejarah MOBA, dari Mod Warcraft hingga Raja Mobile Gaming

Mobile Legends: Bang-bang, salah satu game MOBA yang digandrungi. Bagaimana sejarah genre MOBA itu muncul?--Google Play
HARIAN DISWAY – Dulu genre itu tak pernah dianggap. Sekadar genre baru yang muncul dari kreativitas para penggemar. Tidak dianggap serius. Bahkan tak punya nama resmi.
Kini dia jadi raja. Genre game yang bisa melahirkan atlet dunia, tim profesional, panggung megah, dan jutaan penonton. Kita menyebutnya: MOBA. Multiplayer Online Battle Arena.
Tapi seperti kebanyakan legenda, cerita besar ini dimulai dari sesuatu yang kecil. Sangat kecil. Bahkan nyaris tidak direncanakan.
Awalnya, MOBA bukanlah genre. Ia lahir dari modifikasi. Tepatnya dari gim Warcraft III, yang saat itu sedang ramai dimainkan di awal 2000-an.
BACA JUGA:Bahaya Microtransaction di Game! Keseruan dan Ancaman Kantong Jebol
BACA JUGA:Game Zaman Now, Berat Tanpa Alasan?
MOBA lahir saat pemain game Worldcraft gabut. --pc-gaming
Seorang pengguna alias modder dengan nama samaran Eul menciptakan peta bernama Defense of the Ancients alias DotA. Ini bukan strategi real-time biasa seperti Warcraft aslinya.
Di DotA, pemain hanya mengendalikan satu karakter hero, bertarung dalam tim 5 lawan 5, menghancurkan markas musuh di ujung peta. Ada tiga jalur utama (lane), pasukan kecil (creep), menara penjaga, dan sistem leveling seperti RPG. Konsepnya sederhana. Tapi adiktif. Sangat adiktif.
Popularitas DotA melesat. Bahkan setelah Eul tak lagi melanjutkan proyeknya, modder lain bernama Guinsoo melanjutkan.
Lalu IceFrog datang dan membuat versi paling stabil dan kompetitif. Di sinilah akar MOBA sebagai genre benar-benar tumbuh.
Dulu, para pemain hanya butuh koneksi LAN, warnet, dan teriakan penuh emosi. Tapi siapa sangka, dari mod tak resmi inilah lahir genre yang kelak punya turnamen berhadiah puluhan juta dolar.
BACA JUGA:Main Game Billiard Master Dapat Saldo DANA Gratis Rp 292.500, Baru Rilis di Google Play Store!
BACA JUGA:Cara Dapatkan Saldo DANA Rp 496.500 dari Main Game Sambil Maraton Drakor
Melihat kesuksesan mod Worldcraft akhirnya game MOBA pertama yakni League of Legends rilis di 2009. --notadogame
Tahun 2009, Guinsoo dan tim kecilnya membuat game baru bernama League of Legends (LoL). Kali ini bukan sekadar mod, tapi game MOBA penuh dengan sistem sendiri, server resmi, dan grafik yang lebih ringan dari DotA. LoL menjadi gerbang masuk MOBA ke dunia global. Gratis, mudah diakses, dan cocok untuk kompetisi.
Tak lama, Valve—pengembang Half-Life dan Steam—menggaet IceFrog untuk membuat versi resmi dari DotA. Hasilnya adalah DotA 2, yang dirilis tahun 2013 dan langsung menyedot atensi dunia.
Valve juga melakukan sesuatu yang mencengangkan: mereka membuat turnamen The International dengan hadiah jutaan dolar. Uang itu dikumpulkan dari pemain lewat sistem battle pass—sebagian dari penjualan dalam game disisihkan untuk hadiah.
Tahun demi tahun, hadiahnya makin gila. Sampai pernah tembus USD 40 juta. Sebuah angka yang bahkan mengalahkan hadiah turnamen Wimbledon atau Tour de France.
BACA JUGA:Cara Mendapatkan Saldo DANA di Game XWorld, Ini Triknya!
BACA JUGA:Cara Mendapatkan Saldo DANA Gratis dari Game Fire King, Bisa Sambil Bersantai!
Pada 2013 akhirnya Valve berkolaborasi dengan IceFrog membuat game MOBA resmi yaitu DOTA 2, saat ini prize pool turnamennya menyentuh angka 40 juta dollar Amerika. --fragster
MOBA bukan lagi permainan iseng. Ia adalah cabang esports paling bergengsi di dunia. Saat semua orang sibuk dengan DotA 2 dan LoL di PC, sebuah perubahan besar datang: mobile gaming.
Banyak yang meragukan. Mana bisa MOBA dimainkan di layar kecil? Mana cukup jempol kita untuk main game secepat dan sekompleks itu?
Tapi Moonton membuktikan semuanya salah. Tahun 2016, mereka merilis Mobile Legends: Bang Bang (MLBB). Formatnya mirip: 5v5, tiga lane, hero unik, item, creep, dan tujuan utama menghancurkan base musuh. Bedanya: semua bisa dimainkan dari HP.
Di negara-negara Asia Tenggara, MLBB langsung meledak. Apalagi di Indonesia, Filipina, dan Malaysia. Ini bukan cuma game, tapi gaya hidup. Turnamennya jadi tontonan. Tim-tim lokal bermunculan. Dan, yang paling penting, ia menjangkau kalangan yang dulu tidak sempat atau tidak punya perangkat untuk main DotA atau LoL.
BACA JUGA:Build Sun Paling Efektif di Meta Mobile Legends, Damage Besar dan Sulit Mati!
BACA JUGA:Performa Team Liquid Id Menurun, Sang Kuda Hitam Berpotensi Gugur Di M6 Mobile Legends
MOBA menjadi lebih inklusif. Lebih cepat. Lebih sosial. Sejak itu, gim MOBA versi mobile mulai bermunculan. Ada Arena of Valor dari Tencent, Pokémon Unite dari Nintendo, sampai Honor of Kings yang mendominasi pasar Tiongkok. Tapi di Asia Tenggara, MLBB masih jadi raja.
Turnamen resminya, seperti MPL (Mobile Legends: Professional League), ditonton jutaan orang. Indonesia bahkan punya tim-tim besar seperti EVOS, ONIC, dan RRQ yang fansnya bisa bersaing dengan klub sepakbola.
MOBA tidak hanya melahirkan atlet. Ia juga menciptakan ekosistem baru: caster, analis, pelatih, bahkan jurnalis dan influencer game.
Kultur MOBA juga unik. Ada toxic chat, ada epic comeback, ada team fight yang bisa berubah dalam 3 detik. Dan semuanya terjadi dalam dunia virtual yang dikendalikan oleh taktik, refleks, dan kerja sama tim.
Tiga tahun setelah DOTA 2 dirilis barulah raja MOBA handphone lahir yaitu Mobile Legends: Bang-bang. --wallpapers
Tak heran, banyak sekolah dan pemerintah kini melirik potensi esports. Karena di dalam MOBA, ada latihan mental, strategi, dan disiplin. Bahkan komunitas. Bahkan karier.
Dari sesuatu yang dulunya cuma mod iseng buatan fans, MOBA telah menjelma jadi ekosistem digital yang hidup. Berkembang. Dan terus membesar.
MOBA bukan genre yang paling ramah pemula. Ia menuntut pemahaman, kerja sama, bahkan tahan emosi. Tapi di situlah daya tariknya.
BACA JUGA:Jadwal Pertandingan M6 Mobile Legends Hari Pertama
BACA JUGA:Insilio Tundukkan The Mongolz 2-1 di M6 Wildcard Mobile Legends
Seperti catur versi digital, MOBA punya kombinasi tak terbatas. Tidak ada dua pertandingan yang benar-benar sama. Ada ruang untuk strategi gila, keberuntungan sesaat, dan comeback dramatis.
Dan selama masih ada orang yang suka bersaing, suka bertarung dalam tim, dan suka menghancurkan menara musuh—genre ini tidak akan pernah mati.
MOBA sudah jadi bagian dari dunia modern. Dan kita semua—entah sadar atau tidak—pernah terseret ke dalamnya. Bahkan kalau cuma jadi penonton, atau feeder. (*)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: