Museum dan Gen Alpha

ILUSTRASI Museum dan Gen Alpha. Setiap tanggal 18 Mei diperingati sebagai Hari Museum Internasional.-Maulana Pamuji Gusti-Harian Disway-
BACA JUGA:Dari Pameran Arsip ke Museum Covid-19, Mungkinkah?
Generasi alpha dan Z membutuhkan museum yang lebih terbuka, interaktif, penuh warna, dan cerita. Museum tidak bisa lagi hanya menjadi penyimpanan benda tua, tapi ruang pengalaman, ruang imajinasi, dan ruang dialog.
Bagi para orang tua dari generasi milenial atau boomer, penting untuk memahami bahwa cara belajar kita dulu tidak selalu cocok untuk anak-anak sekarang.
Mengajak anak mencintai sejarah bukan soal memaksakan ”cara lama”, melainkan menemukan jembatan dari masa lalu ke masa kini dengan bahasa yang mereka pahami. Museum –jika mampu bertransformasi– bisa menjadi jembatan terbaik itu.
BACA JUGA:Museum Holocaust
BACA JUGA:Gubernur Khofifah Sebut Museum Peradaban Reog Ponorogo sebagai Referensi Peradaban Bangsa
Jadi, ini bukan hanya tentang saya dan Tawa. Ini tentang kita semua. Tentang bagaimana kita, sebagai orang dewasa, menciptakan ruang nyaman yang membuat anak-anak ingin tahu, aman untuk bertanya, dan bahagia saat belajar.
Sebab, pada akhirnya, bukan hanya artefak yang harus dilestarikan, tapi juga rasa ingin tahu dan keinginan memahami dari generasi ke generasi.
Setiap 18 Mei, dirayakan sebagai Hari Museum Internasional, kita diingatkan bahwa museum bukan sekadar ruang penyimpan masa lalu, melainkan juga ruang harapan untuk masa depan.
Museum bisa jadi tempat hebat, asal kita tahu bagaimana membawa generasi muda masuk ke dalamnya, melalui cinta dan imajinasi.
”Imagination is more important than knowledge. For knowledge is limited, whereas imagination embraces the entire world.” Begitu kata Albert Einstein. (*)
*) Aniendya Christianna adalah dosen desain komunikasi visual, Fakultas Humaniora dan Industri Kreatif, Petra Christian University.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: