Cerita Diaspora oleh Yunaz Karaman (6): Cappadocia di Depan Mata

Yunaz Karaman dan istri di puncak view point. Tampak pemandangan Göreme dengan batuan vulkanik peribacasi yang indah.--Yunaz Karaman
Menyambut matahari di Göreme, lanskapnya menakjubkan dari atas viewpoint.--Yunaz Karaman
Di atas viewpoint kita bisa melihat pemandangan dari atas yaitu lanskap batu vulkanik yang unik biasa disebut Peribacasi (cerobong peri), kota-kota bawah tanah, dan rumah-rumah gua yang tersebar di Göreme.
BACA JUGA: Cerita Diaspora oleh I.G.A.K. Satrya Wibawa (6): Bertualang Menjelajah Paris di Bawah Tanah
Tidak jauh dari viewpoint terdapat tempat wisata yaitu Göreme Open Air Museum. Museum dengan konsep terbuka yang merupakan kompleks gereja dan biara di dalam gua yang ada sejak abad pertengahan. Sayang, kami berdua belum sempat menjelajahi museum itu. Bahkan saya baru saja ke sana sekitar satu bulan lalu.
Bercengkerama di salah satu kafe di Göreme dengan mencicipi baklava yang sangat manis.--Yunaz Karaman
Gereja yang terdapat di museum itu menurut saya merupakan bukti bahwa abad pertengahan di daerah Göreme merupakan tempat pendidikan umat Kristiani dengan lukisan di dinding goa yang bisa kita nikmati di sana.
Jika kita pelajar -baik internasional atau pelajar Turkiye- dapat menggunakan Müze Kart atau kartu museum dan kita akan mendapatkan harga khusus di lebih dari 300 museum serta situs bersejarah di Turkiye yang dikelola oleh Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata Turkiye.
Pada malam hari kami berdua biasanya menghabiskan waktu berjalan santai di sekitar toko cinderamata di sepanjang jalan Göreme. Banyak cinderamata dijual di sini.
Khususnya karpet dan keramik bermotif khas Turkiye. Beberapa buah tangan lainnya seperti gantungan kunci, magnet kulkas, tas dan baju rajut, serta beberapa minuman seduh khas Turkiye dapat kita beli.
Uniknya, harga satu toko dengan toko lain semuanya sama. Itu membuat kita kesulitan menawar mengingat harga yang ditentukan adalah harga pas. Istri saya membeli beberapa buah tangan kecil dan berbagai macam cokelat untuk dibawa ke Indonesia.
BACA JUGA: Cerita Diaspora dari Mohammad Rozi (3): Tinggalkan PNS Demi Better Job
Kami juga mencoba salah satu kafe di dekat terminal bus, Oze Coffee. Memesan secangkir cokelat panas dengan baklava yang rasanya sangat manis.
Mengunjungi kampus Nevşehir Hacı Bektaş Veli Üniversitesi sehari sebelum pulang ke Indonesia.--Yunaz Karaman
Sehari sebelum istri saya kembali ke Istanbul, kami menyempatkan mampir ke kampus saya dan berkunjung ke pusat kota di Nevşehir. Saya mengajaknya berjalan di sekeliling kampus dan melihat asrama dari depan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: