Masa Depan Media Massa Indonesia: Dari Krisis Menuju Transformasi

Masa Depan Media Massa Indonesia: Dari Krisis Menuju Transformasi

ILUSTRASI Masa Depan Media Massa Indonesia: Dari Krisis Menuju Transformasi.-Maulana Pamuji Gusti-Harian Disway-

Dalam laporan Journalism is a Public Good: World Trends in Freedom of Expression and Media Development – Global Report 2021/2022, UNESCO menegaskan bahwa media yang bebas, independen, dan pluralistis merupakan syarat mutlak bagi terbentuknya masyarakat terbuka. 

Laporan tersebut juga menyoroti pentingnya keberlanjutan finansial media sebagai kunci untuk menjaga independensi editorial dan kualitas jurnalisme. 

Oleh karena itu, UNESCO mendorong pengembangan model bisnis media yang adaptif terhadap perubahan teknologi dan perilaku konsumen, melalui diversifikasi pendapatan seperti langganan digital, donasi pembaca, dan kemitraan strategis. 

Lebih jauh lagi, UNESCO turut mendorong perlindungan terhadap jurnalis serta integrasi jurnalisme ke dalam pendidikan dan literasi media, sebagai bagian dari ekosistem informasi yang sehat dan berkelanjutan. 

Membawa jurnalis ke dalam dunia akademisi dapat membawa perspektif baru pada pendidikan jurnalisme. 

Pengalaman jurnalis dalam industri media massa memungkinkan mereka untuk memperbarui pendekatan pengajaran yang menjawab tantangan saat ini seperti berkembangnya media digital. 

Kemudian, pembukaan ruang bagi jurnalis di dunia akademis akan mengubah perspektif lama tentang produksi media yang terkadang masih satu arah. 

Jurnalis dapat memberikan perspektif baru mengenai keterlibatan audiens sebagai salah satu elemen signifikan dalam industri media massa, khususnya dalam kemasifan penggunaan media digital. 

Melalui kolaborasi di ruang akademis, jurnalis dapat menyebarkan literasi media, komunikasi publik, dan nilai-nilai demokrasi sekaligus menjembatani kesenjangan antara teori dan praktik jurnalisme. 

Studi dari Sarjito & Lelyana (2025) menyatakan, meningkatkan kesadaran literasi media sangat penting, terutama di tengah maraknya disinformasi dan menurunnya kepercayaan publik terhadap media. Dalam konteks ini, masyarakat perlu dibekali kemampuan untuk memilah informasi, memahami cara kerja media, dan berpikir kritis terhadap konten yang mereka konsumsi setiap hari. 

Selain itu, literasi media dapat mengubah cara pandang masyarakat terhadap membaca sebagaimana terlihat pada kebiasaan untuk memilah informasi secara relevan. 

Seiring dengan proyeksi kenaikan indeks tingkat gemar membaca (TGM) oleh Perpustakaan Nasional, literasi media dapat menjadi pendamping strategis agar peningkatan tersebut benar-benar berdampak pada pemahaman dan keterlibatan audiens yang lebih baik. 

Penguatan literasi media tidak hanya menjadi respons atas krisis industri media di Indonesia, tetapi juga merupakan langkah strategis dalam menjawab tantangan literasi secara luas. Namun, transformasi digital di media massa juga menuntut perubahan bisnis proses industri media di Indonesia. 

Menata ulang proses bisnis media mau tidak mau perlu dilakukan agar lebih adaptif terhadap disrupsi digital dan perubahan perilaku audiens. Diversifikasi sumber pendapatan menjadi kunci, misalnya, dengan melalui langganan digital, konten berbayar, dan pelaksanaan event

Transformasi digital dapat dilakukan mulai produksi konten berbasis mobile, penggunaan data analitik untuk memahami perilaku pembaca, hingga pemanfaatan format multimedia seperti video dan podcast untuk media yang lebih interaktif dan partisipatif. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: