Yoga Bahagia Ala Tata Lychel di Surabaya Tourism Awards 2025
Suasana kelas yoga di STA 2025.-Alfi Kirom-HARIAN DISWAY
SURABAYA, HARIAN DISWAY - Hari kedua Surabaya Tourism Awards 2025 di Ciputra World Surabaya, 31 Mei 2025, diramaikan oleh kelas yoga. Bukan yoga pada umumnya yang identik dengan nuansa hening dan meditatif.
Namun, kelas yoga yang diampu Tata Lychel menggabungkan elemen kebugaran, seni tari, dan sentuhan positif dalam suasana penuh semangat.
Rita Dewi, founder Tata Lychel yang akrab disapa Tata, memulai kelas tersebut dengan meminta para peserta untuk memejamkan mata dan bernapas panjang. Itulah sesi centering. Peserta diminta untuk fokus dan membuang segala distraksi.
Suasana kelas yoga di STA 2025 yang dipimpin oleh Tata. -Alfi Kirom-HARIAN DISWAY
“Tarik napas, buang pelan-pelan. Rasakan tubuhmu hadir di sini dan sekarang,” ucap Tata, dengan suara lembut.
Setelah beberapa menit, barulah peserta diajak bergerak lebih aktif. Sesi inti dimulai. Tidak ada musik meditasi atau wewangian lilin. Justru dentuman lagu-lagu modern yang ceria mengiringi setiap gerakan.
Gerakan dalam kelas itu adalah campuran tiga hal: yoga, dance modern, dan fitness. Sebuah kombinasi yang oleh Tata disebut Yodafit. “Gerakan ini dimaksimalkan agar mampu melatih kestabilan, kelenturan dan kekuatan otot,” ujar Tata.
BACA JUGA:Profil Puguh Sugeng Sutrisno, Juri Surabaya Tourism Awards 2025 dari PHRI Jawa Timur
Tidak ada pose-pose rumit seperti headstand atau scorpion. Gerakan dibuat terukur. Bisa diikuti siapa pun. Bahkan untuk peserta yang baru pertama kali ikut kelas yoga.
Yodafit dirancang tidak sekadar untuk tubuh. Tapi juga untuk hati dan pikiran. Tata menyebut bahwa dia ingin menciptakan pengalaman yang menyenangkan. Yakni lewat gerakan yang bebas dan lagu-lagu yang uplifting. “Yodafit dengan lagu yang menambah kesan bahagianya,” ungkapnya.
Satu hal yang cukup mencolok dari kelas Tata: tidak ada sesi meditasi. Tidak ada bacaan mantra seperti dalam beberapa kelas yoga tradisional.
BACA JUGA:Open Class Gymnastik Ritmik dalam Surabaya Tourism Awards 2025, Dipandu Reghie Gymnastic
“Yoga yang saya laksanakan tidak berfokus pada meditasi. Tetapi menciptakan aura positif lewat kata-kata positif dan doa,” ungkapnya.
Pendekatan itu menurutnya dibuat untuk mematahkan stigma terhadap yoga yang sering diasosiasikan dengan hal-hal mistis.
“Saya menghindari stigma tentang yoga yang selalu menggunakan mantra-mantra. Padahal belum tentu semua yoga seperti itu,” jelasnya.
Yoga mungkin sering dianggap kegiatan yang sepi dan sendu. Tapi bersama Tata, yoga bisa menjadi semarak, enerjik, dan penuh tawa. Tepat seperti yang dibutuhkan warga kota yang letih oleh rutinitas. (*)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: