Upacara Suci Yadnya Kasada, Masyarakat Tengger 4 Kawasan Berkumpul di Pura Luhur Poten, Gunung Bromo

Upacara Suci Yadnya Kasada, Masyarakat Tengger 4 Kawasan Berkumpul di Pura Luhur Poten, Gunung Bromo

Romo Dukun Tengger melakukan prosesi berdoa meminta izin di pelinggih petilasan Joko Seger dan Roro Anteng, 10 Juni 2025.-Guruh D.N.-HARIAN DISWAY

PASURUAN, HARIAN DISWAY - Hawa dingin lereng Bromo. Terlebih saat malam hari. Pada malam, 10 Juni 2025, suhunya mencapai 14 derajat celcius. Tapi setidaknya ada salah satu penawar dingin malam itu: kebersamaan.

Hari itu, masyarakat Tengger bersiap melakukan Yadnya Kasada. Upacara itu digelar di Pura Luhur Poten di kawasan Lautan Pasir, Gunung Bromo.

Di situ, berkumpul masyarakat Tengger yang mendiami empat kawasan lereng Bromo: Pasuruan, Malang, Lumajang, dan Probolinggo.

BACA JUGA:4 Kategori Besar Upacara Masyarakat Tengger, Tidak Hanya Yadnya Kasada


Masyarakat Tengger membawa hongkek dalam upacara Yadnya Kasada di Pura Luhur Poten, Gunung Bromo, 11 Juni 2025.-Patrick Cahyo Lumintu-

Termasuk Desa Ngadiwono yang masuk kawasan Pasuruan. Desa itu mayoritas penduduknya beragama Hindu. Beberapa masyarakat tampak bergantian mengunjungi rumah Romo Dukun, pemimpin spiritual masyarakat Tengger.

Di Ngadiwono terdapat dua Romo Dukun. Salah satunya Romo Dukun Puja Pramana. Menjelang Yadnya Kasada, ia menerima para tamu. Romo Puja memberi percikan air suci yang diletakkan di prasen atau mangkuk besar berwarna emas.

"Hari ini, dalam panglantaka atau perhitungan Tengger, masuk tanggal 15 panglong 1. Artinya, bulan sudah berganti. Saat ini, bagi kami adalah tahun baru. Cara kami melakukannya adalah dengan ber-Yadnya Kasada," ungkap Romo Puja. 

BACA JUGA:Gonggo Mino, Musik Khas Masyarakat Tengger Desa Ngadiwono, Dimainkan Jelang Yadnya Kasada

Untuk persiapan Kasada, masyarakat Tengger membawa beragam palawija. Seorang Romo Dukun pun memiliki sesaji yang disebut "raka".

Isinya, pisang ayu, lauk pauk, nasi, juadah pipis pasung (kue jagung), dan di bagian atasnya ditutup dengan ayam panggang.

Sedangkan sesaji yang dimakan bersama-sama adalah sego buli atau nasi kuning. Warna kuning sebagai simbol keselamatan. Kemudian sego golong atau nasi putih dengan lauk-pauk, menyimbolkan kesucian. 

BACA JUGA:Asal-usul Sebutan Romo Dukun sebagai Pemimpin Spiritual Hindu Tengger

Sebelum disantap, Romo Puja akan menyucikan sajian itu dengan japa mantra. Ia duduk di depan sajian itu. Memegang prasen atau wadah berwarna emas yang dipegang di atas tungku bara api kecil.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: