Gerimis Juni menuju Kelud

Pemandangan kawah Gunung Kelud. Terdapat berbagai perbukitan hijau di sekelilingnya.-Guruh D.N.-HARIAN DISWAY
Kami berteduh di salah satu warung makan. Lian dan Nova memesan mi instan, saya cukup dengan segelas kopi hangat.
Karena keduanya pelukis, mereka segera mengambil cat, kertas, dan kuas. Lalu mulai melukis. Kegiatan yang lumayan untuk mengisi waktu sembari menunggu hujan reda. Setelah lukisan mereka selesai, hujannya pun selesai.
Kawah Gunung Kelud dengan warna hijau bercampur bias biru.-Guruh D.N.-HARIAN DISWAYBACA JUGA:Pink Beach di Nusa Tenggara Timur, Kemilau Laut Jernih dan Pasir Putih
Kami segera beranjak ke akses masuk yang setengahnya ditutup oleh portal. Di situ tertulis keterangan bahwa kendaraan pribadi tak boleh masuk.
Maka, tiap pengunjung yang ingin ke puncak Kelud harus menyewa ojek. Tarif sewanya 40 ribu rupiah. Pulang-pergi.
Dengan ojek, kami diantar menuju puncak. Menyusuri perbukitan hijau yang semakin terlihat jelas setelah kabut berlalu. Driver ojek juga berbaik hati untuk berhenti di spot-spot yang kami anggap menarik.
BACA JUGA:Bulan Maria di Gua Maria Puhsarang, Kediri, Ada Luce, Maskot Kartun Pertama Vatikan
Di salah satu spot, Nova mengoordinir kami semua. Dia sudah beberapa kali datang ke Gunung Kelud. Jadi, sudah paham rute yang akan dilewati.
"Nanti kita akan melewati terowongan yang dibangun era kolonial. Sebelum sampai situ, harap jalannya diperlambat. Untuk memudahkan pengambilan gambar," katanya.
Kami menurutinya. Sepanjang perjalanan, driver saya bertanya, "Apakah kakak itu sudah sering kemari? Karena cara dia menerangkan dan memberi arahan cukup detail." Saya menjawab, "Oh, dia tentu sudah berkali-kali kemari. Untuk survei lokasi pembuatan film," jawab saya.
Terowongan Inlet Ganesha, salah satu spot bersejarah di Gunung Kelud.-Lian M Margareta-
BACA JUGA:Menjelajahi Wisata Kuliner Harbin di Tiongkok, Kota Es Kaya Rasa
"Berarti rombongan bertiga ini dari rumah produksi film?" Tanyanya lagi. "Betul. Kakak itu sutradara film. Sedangkan kakak yang paling kecil itu aktornya," jawab saya sambil menunjuk Lian.
"Kalau sampeyan sebagai apa?" Saya pun menjawab sekenanya, "Saya cuma kameramen. Sutradara yang nanti mengarahkan saya."
Padahal, kami bertiga hanya wisatawan biasa. Obrolan ngalor-ngidul itu sekadar cara saya untuk membangun keakraban.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: harian disway