Angkat Pengaruh Konfusianisme dalam Kebijakan Luar Negeri Tiongkok, Probo Raih Gelar Doktor di Usia 30 Tahun

Angkat Pengaruh Konfusianisme dalam Kebijakan Luar Negeri Tiongkok, Probo Raih Gelar Doktor di Usia 30 Tahun

Promotor menyerahkan toga pada Probo Darono Yakti setelah sidang terbuka pada Jumat, 25 Juli 2025-Boy Slamet/Harian Disway-

“Indonesia merupakan salah satu ketertarikan saya, mungkin hal ini bisa diriset dengan lebih lanjut,” tambah Probo.

Selanjutnya, Ibu Sartika Seosilowati menerangkan bahwa penggunaan strategic culture Tiongkok yang memiliki definisi harmonis yang berbeda dengan negara-negara lainnya.

Para penguji Sartika Soesilowati, Dra., MA., Ph.D. juga memuji Probo karena disertasinya mampu memberikan gambaran Tiongkok yang lebih baru dan berberda dari kesan naratif yang dipersepsikan selama ini. Yang ternyata juga berakar dari internalisasi nilai-nilai konfusianisme. 

"Saya lihat nilai-nilai harmoni yang diambil dari konfusianisme tidak menghasilkan suatu hubungan yang harmoni, seperti dengan AS dan India yang sangat konfliktual," tutur Ibu Satika.

Dahlan Iskan sebagai penyanggah justru memberikan apresiasi bagaimana Probo mampu menggambarkan Tiongkok dengan begitu dalam dan objektif bahkan dalam keterbatasan sebagai seseorang yang "tidak berbahasa mandarin", "tidak pernah ke Tiongkok", dan "tidak beragama Konghucu".  

BACA JUGA:Ekonomi Tiongkok Tak Tergoyahkan

“Ini saya membayangkan betapa gigih dan hebatnya Anda melakukan penelitian pustaka ini,” ujar menteri BUMN tersebut. Dahlan juga menyetujui kesimpulan Probo bahwa Konghucu sangat menjiwai para pemimpin Tiongkok kecuali Mao Zedong. 

Dahlan menjelaskan, bahwa komunisme Tiongkok telah berkembang dari ideologi dasarnya. Para periode awal, yakni pada masa-masa kepemimpinan Mao Zedong, komunis selalu berfokus pada kaum buruh dan petani, sebagaimana ciri khas komunisme itu sendiri. Lantas berkembang menjadi buruh, tani dan para pengusaha. "Padahal pengusaha ini (kapitalisme,Red) adalah lawannya komunisme," ujar Dahlan. 

Berkembang ke masa modern, pilar komunisme Tiongkok juga berkembang, dari buruh, tani, dan pengusaha, lalu ditambah dengan ilmu pengetahuan. "Ini kalau tahu, pendiri komunis pasti marah," ujar Dahlan. 

BACA JUGA:Deal, AS-Tiongkok Capai Kesepakatan Dagang

Dalam wawancara pasca sidang, Probo mengira bahwa Dahlan Iskan akan melontarkan pertanyaan-pertanyaan sulit. Namun, prediksi tersebut terbukti salah dengan pernyataan-pernyataan Bapak Dahlan yang justru mendukung temuan Probo dalam disertasinya.  

“Bukan karena saya ingin mengundang Abah Dahlan sebagai penguji saya, tetapi Tiongkok ini memang negara yang cukup unik,” tambah Probo pada Harian Disway. 

Jenjang studi tersebut memang tidak mudah dan tidak semua orang bisa menjalaninya, karenanya Probo merasa lega telah menyelesaikan studinya.

“Rasanya luar biasa–momen ini menjadi kesempatan untuk membuktikan kepada semua orang bahwa saya menempuh studi yang mungkin tidak mudah untuk beberapa orang,” tutur Probo.

BACA JUGA:Jet Tiongkok Tembak Jatuh Rafale, Indonesia Harus Belajar

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: