Udara yang Kita Hirup: Sehat atau Mengancam?

Dalam konteks Indonesia, persoalan kualitas udara bukan lagi sekadar wacana lingkungan, melainkan sudah menjadi isu kesehatan masyarakat.--iStockphoto
Anak-anak yang terpapar udara kotor sejak dini berisiko mengalami gangguan pertumbuhan paru-paru. Lansia, dengan daya tahan tubuh yang menurun, juga lebih mudah terkena infeksi saluran pernapasan saat kualitas udara memburuk.
Namun, dampak polusi udara tidak hanya dirasakan oleh kelompok rentan. World Health Organization (WHO) memperkirakan bahwa sekitar 99 persen populasi global kini menghirup udara yang kualitasnya berada di luar standar aman.
Bahkan orang dewasa yang sehat pun dapat mengalami gejala seperti batuk, iritasi mata, kelelahan, hingga gangguan tidur saat udara tercemar.
Untuk memantau kualitas udara secara real-time, masyarakat dapat memanfaatkan berbagai platform pemantauan seperti aplikasi IQAir, situs BMKG, atau aplikasi Nafas Indonesia.
BACA JUGA: Polusi Udara Bukan Penyebab Tunggal ISPA, Daya Tahan Tubuh Menurun Lebih Rentan Terkena Penyakit
Aplikasi-aplikasi ini memberikan informasi tentang tingkat polusi udara berdasarkan wilayah, termasuk rekomendasi tindakan pencegahan, seperti memakai masker N95 atau membatasi aktivitas di luar ruangan.
Menghadapi situasi ini, langkah-langkah perlindungan diri sangat penting, terlebih jika seseorang tinggal di wilayah dengan kualitas udara yang fluktuatif.
Salah satu tindakan paling dasar adalah menggunakan masker pelindung saat ISPU menunjukkan level tidak sehat, serta menjaga sirkulasi udara di dalam rumah. Penggunaan pembersih udara (air purifier) juga dianjurkan, terutama di ruangan tertutup yang sering digunakan.
BACA JUGA: Awas Hari Ini Tilang Uji Emisi Mulai Berlaku, untuk Tekan Polusi Udara
Dalam jangka panjang, upaya perbaikan kualitas udara tidak bisa bergantung pada individu saja. Diperlukan komitmen kolektif dari pemerintah, pelaku industri, dan masyarakat.
Regulasi terhadap emisi industri harus ditegakkan dengan konsisten. Pengembangan energi terbarukan dan transportasi ramah lingkungan perlu menjadi bagian dari kebijakan jangka panjang. Tanpa itu semua, ancaman terhadap kesehatan akibat udara tercemar akan terus menghantui, bahkan meningkat.
Tanpa disadari, udara yang selama ini dianggap tak terlihat dan tak terasa ternyata membawa beban yang cukup berat bagi tubuh manusia.
BACA JUGA: Waduh, Polusi Udara Ternyata Bisa Memperpendek Usia: Studi Kasus India
Ketika udara bersih menjadi barang langka, maka kesehatan bukan lagi soal pilihan gaya hidup, melainkan soal bertahan hidup. Kesadaran terhadap pentingnya kualitas udara seharusnya menjadi bagian dari rutinitas kita sehari-hari, sama pentingnya dengan makanan yang kita pilih atau air yang kita minum. (*)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: