Udara yang Kita Hirup: Sehat atau Mengancam?

Dalam konteks Indonesia, persoalan kualitas udara bukan lagi sekadar wacana lingkungan, melainkan sudah menjadi isu kesehatan masyarakat.--iStockphoto
HARIAN DISWAY - Udara sering kali dianggap sebagai sesuatu yang pasti tersedia dan aman. Setiap hari manusia menghirup ribuan liter udara tanpa berpikir panjang tentang kualitasnya.
Padahal, di balik tampilan yang tampaknya bersih, udara bisa membawa ancaman serius bagi kesehatan, terutama di wilayah yang terus berkembang dengan aktivitas industri dan transportasi padat.
Dalam konteks Indonesia, persoalan kualitas udara bukan lagi sekadar wacana lingkungan, melainkan sudah menjadi isu kesehatan masyarakat.
BACA JUGA: Walhi Jatim Soroti Polusi Udara dari PLTSa Benowo, Sudah Lewati Batas Aman
Data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menunjukkan bahwa kadar partikel polutan di beberapa kota besar kerap melebihi ambang batas aman.
Salah satu polutan yang paling berbahaya adalah PM2.5, yakni partikel udara berukuran sangat kecil yang dapat masuk ke saluran pernapasan dan bahkan ke aliran darah manusia.
Menurut World Health Organization (WHO), paparan PM2.5 secara terus-menerus dapat meningkatkan risiko penyakit jantung, stroke, gangguan pernapasan, dan kanker paru-paru.
BACA JUGA: Pemerintah Akan Sediakan BBM Subsidi Rendah Sulfur, Kurangi Polusi Udara, Harga Tidak Naik
Berdasarkan Pedoman Kualitas Udara Global WHO tahun 2021, batas aman tahunan untuk paparan PM2.5 adalah 5 mikrogram per meter kubik. Namun, banyak wilayah di Indonesia yang mencatatkan angka jauh lebih tinggi dari itu.
Sebagai contoh, laporan tahunan IQAir tahun 2023 menunjukkan bahwa rata-rata PM2.5 di Jakarta mencapai lebih dari 40 mikrogram per meter kubik, atau delapan kali lipat dari batas yang disarankan WHO. Hal ini menempatkan Jakarta dalam jajaran kota dengan polusi udara tertinggi di dunia.
Penyebab utama pencemaran udara di Indonesia bervariasi, mulai dari emisi kendaraan bermotor, pembakaran biomassa dan sampah, hingga aktivitas industri dan pembangkit listrik berbasis batu bara.
BACA JUGA: Akibat Polusi Udara, Kasus ISPA Balita Jatim Tembus 45 Ribu
Kebocoran atau kegagalan sistem di pabrik-pabrik juga menjadi kontributor tambahan, terutama di wilayah industri padat. Pada saat terjadi kebakaran hutan, misalnya di Kalimantan dan Sumatera, kualitas udara memburuk drastis dalam hitungan hari dan berdampak langsung pada kehidupan masyarakat sekitar.
Kelompok yang paling rentan terhadap dampak polusi udara adalah anak-anak, lansia, ibu hamil, dan individu dengan penyakit bawaan seperti asma atau gangguan jantung.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: