Akhir Juli dan Warisan Prancis: Republik, Rakyat, dan Tantangan Zaman

Akhir Juli dan Warisan Prancis: Republik, Rakyat, dan Tantangan Zaman

ILUSTRASI Akhir Juli dan Warisan Prancis: Republik, Rakyat, dan Tantangan Zaman.-Maulana Pamuji Gusti-Harian Disway-

BACA JUGA:Warga Israel Marah Dengar Kabar Prancis Akan Akui Palestina

BACA JUGA:Prancis Akan Akui Palestina sebagai Negara Berdaulat di Sidang PBB 2025

Tiga gagasan utamanya, yakni kebebasan (liberte), kesetaraan (egalite), dan persaudaraan (fraternite), menjadi nyala api yang menyulut perlawanan terhadap tirani, ketidakadilan sosial, dan kekuasaan yang menindas.

Salah satu dampak paling kuat terlihat dalam Revolusi Haiti (1791–1804). Di wilayah koloni Prancis Saint-Domingue, para budak dan buruh perkebunan yang hidup dalam penindasan bangkit melawan sistem kolonial. 

Semangat perjuangan mereka terilhami langsung oleh nilai-nilai Deklarasi Hak Asasi Manusia dan Warga Negara yang lahir dari Revolusi Prancis. Hasilnya? Haiti menjadi negara merdeka pertama yang dipimpin bekas budak dan menjadi simbol kemenangan atas kolonialisme.

BACA JUGA:TNI Tampil Memukau di Bastille Day Prancis: Prabowo Beri Hormat, Macron Apresiasi

BACA JUGA:500 Warga Gaza Tewas Saat Cari Makanan, Prancis Siap Turun Bantu Distribusi Bantuan

Revolusi Prancis tidak hanya berpengaruh di kawasan kolonial sekitarnya. Gaungnya juga sampai ke Nusantara dan ikut menginspirasi para tokoh pergerakan kemerdekaan Indonesia. 

Para pendiri bangsa seperti Tan Malaka, Soekarno, Mohammad Hatta, dan Sutan Sjahrir menjadikan semangat revolusi itu sebagai salah satu fondasi berpikir dan bertindak dalam perjuangan melawan penjajahan.

Bagi Tan Malaka, Revolusi Prancis adalah bukti bahwa rakyat bisa melawan kekuasaan tirani dan menggantinya dengan sistem politik yang lebih adil. Ia melihat bahwa revolusi bukan sekadar pemberontakan, melainkan jalan menuju pembebasan dan kedaulatan bangsa.

BACA JUGA:Kerja Sama Kadin Indonesia-Prancis, Dorong Pembangunan 1000 Dapur MBG Baru

BACA JUGA:Prancis Dukung Keanggotaan Indonesia dalam Aliansi Dagang OECD

Soekarno, dalam merumuskan dasar negara Republik Indonesia, bahkan secara terbuka mengakui semboyan kebebasan, kesetaraan, dan persaudaraan sebagai salah satu inspirasi pentingnya. Semboyan itu ia anggap selaras dengan nilai-nilai kemerdekaan dan gotong royong yang tumbuh di tengah rakyat Indonesia.

Sementara itu, Mohammad Hatta memandang bahwa demokrasi dan kedaulatan rakyat yang dibangun di Indonesia memiliki akar dari semangat yang muncul pasca-Revolusi Prancis. 

Ia melihat bagaimana gagasan tentang rakyat sebagai pemilik sah kekuasaan negara telah membuka jalan bagi lahirnya negara yang menjunjung tinggi keadilan sosial dan kebebasan politik.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: