Sound Horeg dan Budaya Kitsch: Jedag-jedug pun Perlu Ditata

ILUSTRASI Sound Horeg dan Budaya Kitsch: Jedag-jedug pun Perlu Ditata.-Maulana Pamuji Gusti-Harian Disway-
MENJELANG peringatan Hari Kemerdekaan, fenomena sound horeg memantik perdebatan. Sistem audio berdaya besar yang memutar musik jedag-jedug keras itu dicap norak, berisik, dan kampungan. Popularitas sosok ”Thomas Alva Edi Sound Horeg” turut melambungkan. Dentuman bas menggema dari kampung hingga kompleks perumahan. Meski pro dan kontra terus bergulir, sound horeg tetap marak dan disukai banyak orang.
Parade speaker raksasa dirayakan ribuan penonton. Konten-kontennya viral di media sosial. Tak sedikit yang rela menyewa demi menikmati sensasinya.
BACA JUGA:Surat Edaran Sound Horeg Segera Ditandatangani, Diumumkan Polda Jawa Timur
BACA JUGA:Sound Horeg, Pro-Kontra di Tengah Geliat Ekonomi Kawasan Urban
Fenomena itu menimbulkan pertanyaan: mengapa dentuman jedag-jedug itu kian merajalela dan mendapat panggung di berbagai daerah Indonesia?
Melejitnya istilah sound horeg yang diubah menjadi sound karnaval Indonesia mengalami perjalanan panjang dalam beberapa tahun silam. Istilah horeg didefinisikan sebagai bergerak atau bergetar dalam Kamus Bahasa Jawa-Indonesia (KBJI) milik Balai Bahasa Yogyakarta.
Menurut Parikesit, Romadhon, dan Gunawan (2025), bermula dari pengiring tradisi karnaval sebagian besar masyarakat yang tinggal di Pulau Jawa, eksistensi sound horeg dengan alunan musik jedag-jedug yang khas memiliki penggemarnya sendiri.
BACA JUGA:Inilah Empat Poin Pelaksanaan Sound Horeg
BACA JUGA:Pengusaha Sound Horeg Setuju Diatur, Tapi Jangan Terlalu Ketat
Menurut Vince (2025), sound horeg yang diartikan sebagai sistem audio bervolume ekstrem yang lazim di Jawa Timur itu mengalami pergeseran fungsi untuk acara berskala besar seperti konser, menjadi pengiring berbagai acara komunitas seperti pernikahan, karnaval, atau hajatan.
Tidak hanya berhenti pada titik itu, di era kemajuan teknologi, sound horeg dalam kategori low culture menemukan rumah barunya dengan transformasi bentuk alunan musik jedag-jedug yang khas (Tiantini et. al., 2023).
Penikmatnya mulai meluas, dengan suara bass yang kuat, dentuman sound horeg mulai mengisi platform media sosial seperti TikTok dan YouTube.
BACA JUGA:Khofifah Bentuk Tim Khusus Susun Regulasi Sound Horeg di Jawa Timur
BACA JUGA:Selain Aturan Khusus, Dirjen KI Minta Pengusaha Sound Horeg Bayar Royalti
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: