Netanyahu Sebut Dirinya Akan Wujudkan Israel Raya

Netanyahu Sebut Dirinya Akan Wujudkan Israel Raya

Perdana Menteri Benjamin Netanyahu melihat sebuah amulet yang menampilkan “Tanah yang Dijanjikan” yang diberikan kepadanya oleh pewawancara, pada tanggal 12 Agustus 2025.--The Times of Israel

HARIAN DISWAY - Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyatakan bahwa dia sedang dalam misi spiritual dan historis serta merasa optimis dengan visi Israel Raya.

Pada wawancara dengan media i24NEWS, Netanyahu menggambarkan misinya sebagai misi dari generasi ke generasi.

Dalam wawancara yang sama, Netanyahu mengatakan bahwa ia sangat terhubung dengan visi Israel Raya.

BACA JUGA:Rencana Netanyahu Kuasai Penuh Gaza Tuai Kecaman dari Komunitas Internasional Maupun Warga Israel Sendiri

“Saya sering memikirkan generasi-generasi sebelumnya yang menemukan Israel dan tugas generasi kami adalah memastikan kelanjutan Israel. Saya memandangnya sebagai misi yang besar,” tutur Netanyahu.

Istilah Israel Raya (Greater Israel) merujuk pada batas-batas Israel sesuai dengan deskripsi Alkitab yang memiliki banyak versi. Beberapa di antaranya mencakup Yordania, Lebanon, Suriah, Mesir, Irak dan sebagian Arab Saudi. 

BACA JUGA:Netanyahu Paparkan 5 Syarat Untuk Akhiri Perang Gaza

Istilah tersebut mulai populer setelah Perang Enam Hari pada Juni 1967. Hingga saat ini, visi tersebut masih digaungkan oleh beberapa tokoh Israel yang menyatakan keinginan mereka untuk menduduki kembali wilayah-wilayah tersebut.

“Kami tidak akan mengusir, mereka akan kami izinkan keluar,” ujar Netanyahu.

Merespons visi Netanyahu, negara-negara Arab mengecam gagasan tersebut. Kementerian Luar Negeri Yordania menyebut gagasan tersebut sebagai eskalasi yang berbahaya dan provokatif. 

BACA JUGA:Strategi Perang Baru Israel: Netanyahu Ingin Kuasai Seluruh Jalur Gaza

“Klaim delusional ini tidak mempengaruhi Yordania dan negara-negara Arab atas hak-hak kami. Ini merupakan pelanggaran hukum internasional dan Piagam PBB,” tutur Kementerian Luar Negeri Yordania.

Mesir juga meminta klarifikasi mengenai masalah ini serta menyebut ide tersebut sama saja dengan penolakan terhadap opsi perdamaian. (*)

*) Mahaisiswa magang prodi Ssatra Inggris Universitas Negeri Surabaya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: the times of israel