STKW dan Dua Dekade Perjuangan Meraih Status Negeri (6): Dedikasi Tanpa Henti Nuzurlis Koto dan Agung Tato Suryanto

STKW dan Dua Dekade Perjuangan Meraih Status Negeri (6): Dedikasi Tanpa Henti Nuzurlis Koto dan Agung Tato Suryanto

Agung Tato Suryanto, dosen STKW sekaligus perupa senior mengguratkan warna di kanvasnya, dalam studio seni rupa di kampus tersebut.-Giustino Obert Lisangan-HARIAN DISWAY

BACA JUGA:Tujuh Alumni STKW Angkatan ’97 Menyatukan Atmosfer dalam Rindu

Dengan bekal ijazah arsitektur, ia dipercaya membimbing mahasiswa. Setelah itu, ia melanjutkan pendidikan S2 dan S3 di ISI Yogyakarta untuk memperdalam keilmuannya.

Bagi Agung, seni bukan pelarian dari arsitektur. Melainkan evolusi. Karyanya sering kali memutarbalikkan persepsi ruang, mengajak audiens melihat kota dari sudut pandang tak biasa: dari bawah ke atas, dari nyata ke khayal.

Meski berbeda latar dan generasi, baik Nuzurlis Koto maupun Agung “Tato” sama-sama menjadi pilar seni rupa di STKW.


Agung Tato Suryanto, dosen STKW sekaligus seniman senior.-Giustino Obert Lisangan-HARIAN DISWAY

BACA JUGA:Tujuh Alumni STKW Angkatan ’97 Menyatukan Atmosfer dalam Rindu

Keduanya memberi pembuktian tentang estetika. Juga tentang ketangguhan, pencarian jati diri, dan perjuangan panjang dalam dunia kesenian.

Di tengah keterbatasan dukungan bagi STKW sebagai satu-satunya sekolah tinggi seni di Jawa Timur, keberadaan mereka seharusnya bisa menjadi pertimbangan.

Bahwa kampus itu seharusnya segera menyandang status negeri. Dedikasi mereka, juga para dosen lain, sudah sepatutnya dihargai. (*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: harian disway