STKW dan Dua Dekade Perjuangan Meraih Status Negeri (8): Ahmad Faishal dan Deny Tri Aryanti, Menanti Di Ruang Tunggu

Deny Tri Aryanti, dosen Prodi Seni Teater STKW dalam sebuah pementasan.-Deny Tri Aryanti-
Puncaknya datang pada 2022, ketika ia mendapatkan hibah dari Dana Indonesia untuk menciptakan pertunjukan A Remoh.
Karya itu hasil dari riset panjang tentang tradisi Madura yang direkonstruksi menjadi drama musikal tradisional klasik.
BACA JUGA:STKW dan Dua Dekade Perjuangan Meraih Status Negeri (4): Eksis dalam Bayang-Bayang Ketidakpastian
Baginya, STKW adalah satu-satunya kampus seni di Jawa Timur yang memiliki potensi besar. Jadi jelas butuh dukungan.
"Kami butuh status negeri agar bisa bersaing dengan PTN lain. Pun, dapat menyediakan fasilitas yang layak bagi mahasiswa," tukas dosen berusia 44 tahun itu.
Faishal menambahkan bahwa seni bukan sekadar ekspresi. Tapi juga media moral, sosial, dan pelestarian identitas. Dan ia siap menjadi bagian dari perubahan itu.
BACA JUGA:STKW dan Dua Dekade Perjuangan Meraih Status Negeri (3): Aktif Jalin Kerja Sama Internasional
Deny Tri Aryanti, dosen Prodi Teater STKW yang aktif belajar dan berkarya.-Deny Tri Aryanti-
Deny Tri Ariyanti
Sosok Deny Tri Aryanti berdiri di panggung kecil STKW. Perempuan itu memiliki perjalanan panjang dalam hidup maupun berkesenian.
Dalam berbagai unggahan tentang karya-karya tulisnya di media sosial, Deny kerap memberi tagline "Ruang Tunggu". Seakan dia selalu menanti setiap babak takdir yang akan hadir.
Lahir di Trenggalek, Denny tumbuh dalam keluarga yang kental dengan seni. Ibunya seorang penari, ayahnya pemain ketoprak. Di rumah mereka terdapat gamelan.
BACA JUGA:STKW dan Dua Dekade Perjuangan Meraih Status Negeri (2): Jumlah Mahasiswa Anjlok
Tapi saat dia berusia 5 tahun, ibunya meninggal. Sang ayah pun melarang keras segala bentuk seni masuk ke rumah. “Aroma kesenian hilang begitu saja,” kenangnya.
Masa kecilnya berlalu tanpa tarian. Tanpa musik. Barulah saat berkuliah di D3 Pariwisata Unair, benih seni kembali tumbuh.
Ia bergabung dengan Teater Gapus yang kini jadi bagian dari BSO universitas. Saat itu bukan sebagai aktor utama. Tapi sebagai penulis.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: harian disway