STKW dan Dua Dekade Perjuangan Meraih Status Negeri (2): Jumlah Mahasiswa Anjlok

Suasana belajar-mengajar di STKW Surabaya. Kampus itu kini minim peminat. Tahun ini hanya 50 yang mendaftar.-Giustino Obert Lisangan-HARIAN DISWAY
Sekolah Tinggi Kesenian Wilwatikta (STKW) Surabaya sekarang sepi. Calon mahasiswa lebih memilih PTN. Sistem seleksi meminggirkan PTS. Mimpi jadi kampus negeri terus tertahan. Bukan soal kualitas, tapi keadilan. Jika Jatim dianggap jantung budaya Nusantara, mengapa tak punya kampus seni negeri?
SUNYI. Itulah yang tampak dalam Sekolah Tinggi Kesenian Wilwatikta (STKW) Surabaya. Dulu, kampus itu ramai oleh langkah penari. Goresan kuas. Juga bunyi-bunyian karawitan.
Kini, terasa lebih hening. Jumlah mahasiswa pokok anjlok. Dari 700 mahasiswa menjadi hanya 250 mahasiswa. Itu terjadi dalam kurun waktu empat tahun.
BACA JUGA:STKW dan Dua Dekade Perjuangan Meraih Status Negeri (1): Terganjal Rekomendasi Gubernur
Bukan karena bobrok. Bukan pula karena tak layak. Tapi karena sistem yang berpihak. Mereka tidak saja berjuang melawan kelas yang sepi. Tapi berjuang melawan ketidakadilan.
PTN kebanjiran banyak calon mahasiswa yang mendaftar. Sementara Perguruan Tinggi Swasta (PTS) harus memungut sisanya.
Mufi Mubaroh, Wakil Ketua III STKW. Ia berharap kampusnya segera mendapat status negeri.-Giustino Obert Lisangan-HARIAN DISWAY
Ironisnya, Jawa Timur sebagai salah satu tonggak budaya Nusantara, justru belum punya satu pun kampus seni negeri.
BACA JUGA:STKW Surabaya, Kampus Seni, Prosesi Wisudanya pun Nyeni
Padahal di provinsi lain, institusi baru lahir hanya dengan Keppres. Meski belum ada gedung dan mahasiswanya.
Untuk STKW, itu bukan soal eksistensi semata. Tapi soal keadilan, identitas, dan pelestarian budaya lokal. Karena jika seni tak dilindungi oleh institusi yang kuat, maka budaya kita bukan lagi milik kita.
“Kami bukan tidak mampu. Kami sudah penuhi semua syarat: dosen berkualifikasi, akreditasi baik, riset budaya. Tapi mahasiswa pergi ke mana? Ke PTN,” ketus Mufi Mubaroh, Wakil Ketua III STKW dengan nada getir.
BACA JUGA:Tujuh Alumni STKW Angkatan ’97 Menyatukan Atmosfer dalam Rindu
Masalahnya dimulai dari sistem seleksi mahasiswa baru. Program seperti SNBP, SNBT, hingga jalur mandiri, bahkan hingga Politeknik D1-D4, hampir semua dimonopoli oleh Perguruan Tinggi Negeri (PTN).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: harian disway