STKW dan Dua Dekade Perjuangan Meraih Status Negeri (2): Jumlah Mahasiswa Anjlok

STKW dan Dua Dekade Perjuangan Meraih Status Negeri (2): Jumlah Mahasiswa Anjlok

Suasana belajar-mengajar di STKW Surabaya. Kampus itu kini minim peminat. Tahun ini hanya 50 yang mendaftar.-Giustino Obert Lisangan-HARIAN DISWAY


Aktivitas mahasiswa STKW di kampusnya. Meski sedikit, ruang diskusi dan berkarya di kampus itu tetap hidup.-Giustino Obert Lisangan-HARIAN DISWAY

Hasilnya, hampir semua calon mahasiswa terserap ke kampus negeri. Lalu, PTS seperti STKW harus ‘bertarung habis-habisan’ untuk merebut sisa-sisa.

“Banyak yang mendaftar di PTN bahkan mudah. Kalau gagal di satu jalur, masih ada jalur lain. Mahasiswa tidak ditolak. Lihat saja UNESA. UKT-nya murah. Diterima semua. Akhirnya, siapa yang ke PTS?” sambung dosen jurusan Seni Rupa itu.

BACA JUGA:Profil Agus ’’Koecink’’ Sukamto, Dosen STKW yang Juga Seniman Top

Dampaknya nyata. Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya (ITATS) contohnya. Mereka terpaksa menutup program studi Desain Interior.

Juga beberapa kampus-kampus swasta lain. STKW? Jumlah mahasiswa baru 2025 hanya di bawah 50 orang.

“Sangat miris,” kata Mufi. “Padahal, generasi muda Jawa Timur banyak yang sekolah seni. Tapi milih di luar Jatim. Mereka ke ISI Surakarta. Karena ada embel-embel ‘negeri’,” paparnya. 

BACA JUGA:Mengenal BRIDGE OF WORDS, Gerakan Literasi Anak Jalanan Surabaya Bikinan Azkarana

Itulah ironisnya. Jawa Timur yang kaya akan budaya, dari Reyog, Ludruk, hingga Pandalungan, tapi tidak punya kampus seni negeri.

Sementara provinsi lain seperti Kalimantan Timur dan Sulawesi Selatan mendapat Keputusan Presiden (Keppres). Mereka bisa mendirikan Institut Seni dan Budaya Indonesia, meski belum punya infrastruktur.

Jika dengan dalih kekhasan, apakah Jawa Timur tidak memiliki kekhasan seni dan budaya? Mengapa sulit untuk mengalihkan status STKW menjadi PTN seni di Jawa Timur? Apakah karena kurangnya komunikasi pemerintah daerah kepada pemerintah pusat?


Karya seni rupa milik mahasiswa STKW. Meski serba sulit, mahasiswanya tetap totalitas dalam berkarya.-Giustino Obert Lisangan-HARIAN DISWAY

BACA JUGA:KSTI 2025: Prabowo Tekankan Pentingnya Hilirisasi Inovasi, Bukan Sekadar Prototipe

“Padahal, Surabaya bisa jadi tempat rapat besar otorita IKN, dengan dalih Jawa Timur sebagai spirit salah satu induk budaya Nusantara. Lalu, kenapa kita tidak pantas punya PTN seni?” tanya Mufi.

Apalagi dengan adanya Kementerian Kebudayaan. Seharusnya itu jadi momentum. Tapi nyatanya, Perguruan Tinggi Negeri Badan Hukum (PTN-BH) justru memperkuat PTN besar. Sementara PTS terus terpinggirkan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: harian disway