Riot: Civil Unrest, Bermain Peran Sebagai Polisi Atau Demonstran di Berbagai Kerusuhan

Riot: Civil Unrest, Bermain Peran Sebagai Polisi Atau Demonstran di Berbagai Kerusuhan

Ingin merasakan bagaimana kerusuhan demo di belahan dunia? Coba saja game Riot: Civil Unrest. --Nintendo

Namun, cara yang dipilih akan memengaruhi hasil akhir. Bila terlalu keras, reputasi aparat anjlok, massa semakin beringas. Tapi jika terlalu lembek, demonstran semakin percaya diri dan sulit dikendalikan.

Sebaliknya, jika memilih menjadi demonstran, tantangannya berbeda. Pemain bisa berperan sebagai kelompok damai yang hanya ingin menyuarakan aspirasi. Atau kelompok radikal yang siap melempar batu, molotov, hingga membuat barikade.

BACA JUGA:Reboot Resident Evil Tanpa Leon Kennedy, Zack Cregger Jamin Tetap Setia pada Game

Setiap aksi punya konsekuensi. Kekerasan bisa mempercepat tujuan. Tapi juga bisa memicu balasan brutal dari aparat. Damai mungkin lebih aman. Tapi tidak selalu efektif.


Riot: Civil Unrest selain sebagai game bisa juga menjadi sarana refleksi sosial di masyarakat. --youtube

Di situlah Riot: Civil Unrest terasa seperti simulasi sosial. Tidak ada kemenangan mutlak. Setiap keputusan hanyalah kompromi.

Sama seperti kenyataan di jalanan: tidak ada pemenang sejati dalam kerusuhan. Yang ada hanyalah luka, trauma, dan pertanyaan tentang siapa yang benar-benar salah.

BACA JUGA:Reboot Resident Evil Tanpa Leon Kennedy, Zack Cregger Jamin Tetap Setia pada Game

Secara visual, game itu memakai gaya pixel art yang sederhana. Namun, justru menambah kesan suram. Karakter-karakter kecil berlarian, suara teriakan bercampur dengan dentuman bom asap dan sirine.

Grafiknya mungkin tidak semewah game AAA. Tapi atmosfer yang dibangun terasa nyata. Bahkan pemain bisa merasakan kepanikan ketika kerumunan pecah dan massa mulai tak terkendali.

Di balik itu, Menchiari punya misi besar. Yakni membuat orang berpikir. Baginya, Riot: Civil Unrest adalah medium untuk mengajak orang memahami kedua sisi.

BACA JUGA:Jadi Game Paling Dinanti-Nanti, Segini Perkirakaan Harga GTA 6

Polisi bukan sekadar simbol kekerasan dan demonstran bukan hanya biang kerok. Ada manusia di balik setiap perisai maupun batu. Ada cerita, ada emosi, ada keputusasaan.

Game itu sempat menuai kontroversi. Ada yang menganggapnya terlalu berpihak pada demonstran. Ada pula yang melihatnya justru menormalisasi represi aparat.

Namun, mungkin di situlah letak keberhasilan game tersebut. Ia tidak memberi jawaban pasti. Ia hanya menghadirkan potret realitas yang kompleks dan membiarkan pemain menafsirkannya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: