Perbedaan Spiritualitas Antargenerasi

ILUSTRASI Perbedaan Spiritualitas Antargenerasi.-Maulana Pamuji Gusti-Harian Disway-
Hal itu makin mengemuka lantaran dunia kerja saat ini banyak berhadapan dengan kondisi di mana SDM yang dimilikinya berasal dari generasi yang berbeda, yang tentunya butuh pendekatan, motivasi dan budaya yang dapat terbedakan.
Adanya perbedaan antargenerasi dan perlunya manajemen perbedaan perlakuan telah disinyalir pada masa sahabat Nabi Muhammad SAW.
Disampaikan oleh Ali bin Abi Thalib, ”Didiklah anakmu sesuai dengan zamannya, karena mereka hidup pada zamannya dan bukan pada zamanmu. Sesungguhnya mereka diciptakan untuk zamannya, sedangkan kalian diciptakan untuk zaman kalian.”
Ali yang dianggap Nabi Muhammad sebagai gerbang ilmu telah menyampaikan bahwa perbedaan generasi ada karena mereka hidup di zaman yang berbeda. Dengan demikian, manajemen pendidikan mereka pun harus menyesuaikan dengan perbedaan yang ada.
Beliau telah melihat adanya potensi konflik apabila pemimpin tidak mampu melihat dan mengatasi perbedaan perilaku dan budaya.
Namun, agama mengajarkan bahwa segala bentuk perbedaan yang terjadi pada umat manusia seharusnya tidak perlu menjadi konflik, bahkan harus dapat dikenali dan dikelola dengan baik. Hal itu tampak pada Q.S. Al-Hujurat ayat 13.
”Wahai manusia, sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan perempuan. Kemudian, Kami menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Teliti.”
Umat manusia diciptakan dengan memiliki kondisi demografis dan geografis yang menjadikan perilaku dan budaya berbeda-beda, bukan untuk menjadi konflik yang diperselisihkan, melainkan untuk saling mengenal dan mempelajari satu sama lain.
Demikian juga perbedaan antargenerasi yang berbeda, terjadi untuk saling dipelajari dan dipahami satu sama lain. Yang menjadikan adanya kemampuan interpersonal untuk memiliki pemahaman yang tinggi dari seorang pemimpin yang cerdas kepada pengikutnya.
Kecerdasan interpersonal untuk berempati itu jelas terlihat dalam hadis Nabi Muhammad SAW yang melarang seorang imam membaca surat yang panjang, terutama apabila ada makmumnya yang lanjut usia atau masih sangat belia.
”Ketika salah seorang dari kamu salat untuk mengimami orang-orang, maka ringankanlah. Karena sesungguhnya di antara orang-orang itu ada yang lemah, ada yang sakit, ada yang mempunyai hajat. Apabila salat sendiri, maka panjangkanlah sesukamu.” (H.R. Muslim)
Peraturan yang berjalan di salat jamaah dapat dijadikan petunjuk bagaimana menjadi pemimpin yang baik, sebagaimana memilih imam salat yang baik serta bagaimana menyikapi perbedaan untuk menghindari konflik (Premananto, 2018).
Poin intinya adalah pengenalan, pemahaman, dan pengakomodasian kepentingan yang berbeda.
Diasparitas antargenerasi itu mengharuskan para pengelola pendidikan manajemen bisnis perlu memberikan pemahaman dan wawasan tentang nilai penting seorang manajer memiliki kompetensi multigenerasi.
Itu akan menjadikannya dapat lebih bijaksana dalam menangani perbedaan yang ada, baik dalam bentuk pembuatan kebijakan, peraturan, pelatihan, maupun dalam memotivasi SDM yang dimilikinya. Tidak cukup juga hanya pemberian teori dan konsep semata.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: