Tanggapi Penyataan Menkeu Purabaya, Ekonom: Demonstrasi Bukan Sekadar Masalah Perut

Tanggapi Penyataan Menkeu Purabaya, Ekonom: Demonstrasi Bukan Sekadar Masalah Perut

Belum genap seminggu menjabat sebagai Menteri Keuangan (Menkeu) menggantikan Sri Mulyani Indrawati, Menkeu Purbaya Yudhi Sadewa menuai kritik dari publik.-Anisha Aprilia-Disway.id

JAKARTA, HARIAN DISWAY – Belum genap seminggu menjabat sebagai Menteri Keuangan (Menkeu) menggantikan Sri Mulyani Indrawati, Purbaya Yudhi Sadewa mendapat sorotan dari publik.

Hal tersebut terjadi setelah pernyataan Purbaya terkait tuntutan 17+8 yang memicu kontroversi.

Dalam komentarnya, ia mengatakan bahwa dirinya belum sempat mempelajari tuntutan tersebut secara mendalam. Selain itu, ia juga menilai tuntutan tersebut hanya berasal dari “sebagian kecil masyarakat”.

BACA JUGA:Ucapan Menkeu Purbaya Dinilai Kurang Berempati saat Tanggapi Tuntutan Rakyat 17+8

Adanya pernyataan tersebut langsung menuai kemarahan warganet. Banyak yang menilai bahwa ucapan Purbaya terlalu berlebihan, bahkan terkesan percaya diri (overconfiedence). 

Sehingga memunculkan kekhawatiran apakah ia dapat mengelola keuangan negara dengan kredibel, atau justru membahayakan stabilitas publik dan pasar.

Ekonom sekaligus Pakar Kebijakan Publik Universitas Jakarta Achmad Nur Hidayat juga mengungkapkan hal yang serupa. Menurutnya, pernyataan Purbaya tersebut mengandung dua risiko besar.

BACA JUGA:Menkeu Purbaya Sebut 17+8 Hanya Tuntutan Sebagian Kecil Masyarakat

Yang pertama, yakni menyederhanakan masalah kompleks. Achmad menjelaskan bahwa demonstrasi tidak hanya soal masalah perut atau kesulitan ekonomi, tetapi juga masalah ketidakadilan dan ketidakpercayaan terhadap pemerintah.

"Demonstrasi bukan sekadar masalah perut, kritik publik muncul karena kesenjangan, ketidakadilan, dan ketidakpercayaan terhadap kebijakan. Menganggapnya hanya karena “hidup kurang enak” mereduksi makna demokrasi,” jelas Achmad, pada Kamis 11 September 2025, dikutip disway.id

Dan yang kedua, pernyataan Purbaya tersebut juga dapat menimbulkan kegelisahan pasar, karena setiap ucapan dari seorang Menkeu menjadi sinyal penting bagi pelaku pasar.

BACA JUGA:Menkeu Purbaya Minta Maaf: Saya Kalau Ngomong, Kata Bu Sri, Gayanya Koboi!

“Jika sinyal itu berupa keyakinan berlebihan tanpa rencana konkret, pasar bisa ragu pada kapasitas pemerintah mengelola fiskal," tambahnya.

Achmad juga menegaskan bahwa pertumbuhan ekonomi 8% bukan sekadar slogan kosong. Baginya, pernyataan Purbaya yang menyebut “rakyat akan berhenti demo jika ekonomi tumbuh” sangat dangkal, serta berpotensi merusak hubungan antara pemerintah dengan masyarakat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: