Serah Ijazah

TARI SARASWATI tampil setelah Rektor ISI Yogyakarta Irwandi secara resmi membuka acara wisuda sarjana terapan, sarjana, dan pascasarjana Sabtu, 13 September 2025.-Arif Afandi untuk Harian Disway-
BACA JUGA:Rektor UGM Tegaskan Ijazah Jokowi Asli dan Sah
Proses diawali dengan kehadiran pimpinan dan anggota Senat ISI Yogyakarta. Para dosen dengan baju kebesaran dan toga menuju panggung utama dengan diiringi musik orkestra. Begitu mereka sampai di panggung, semua hadirin berdiri untuk menyanyikan lagu Indonesia Raya serta himne dan mars ISI.
Setelah Ketua Senat yang juga Rektor ISI Yogyakarta Dr Irwandi SSn MSn secara resmi membuka acara, langsung disambung tari saraswati oleh tujuh gadis cantik dan gemulai. Itu tari yang menggambarkan Dewi Ilmu Pengetahuan.
Proses wisuda untuk para sarjana yang lulus dengan predikat cum laude langsung oleh rektor. Sedangkan wisudawan lain oleh dekan masing-masing fakultas. Selama penyerahan ijazah dan pemindahan tali toga, gamelan terus mengiringinya.
BACA JUGA:Ijazah Jokowi dan Streisand Effect
BACA JUGA:Ijazah dan Dinamika Perpolitikan di Indonesia
Tidak sampai dua jam proses serah ijazah itu selesai. Rangkaian wisuda para sarjana seni tersebut ditutup dengan lagu Padamu Negeri, janji wisudawan, dan sambutan rektor.
”Para wisudawan adalah duta seni dan budaya ISI Yogyakarta. Bangun citra positif sebagai alumni,” kata rektor.
Bagi saya, wisuda di ISI Yogyakarta itu bukan sekadar seremoni akademik. Tapi, seperti pementasan agung di sebuah panggung kehidupan. Para wisudawan berjalan dengan toga hitamnya. Ibarat para aktor utama yang menuntaskan satu babak penting dari lakon panjang perjalanan ilmu dan seni.
BACA JUGA:Boyongan Ijazah Jokowi
BACA JUGA:Ijazah Palsu, Teori Konspirasi Pulling the Thread
Dari kejauhan, denting gamelan mengalun: saron, gender, kendang, dan gong berpadu dalam harmoni yang mengakar dari bumi Nusantara. Setiap nada gamelan bagai denyut jantung ibu pertiwi, menandai kebijaksanaan tradisi yang tak lekang oleh zaman.
Lalu, orkestra modern menyusul, gesekan biola, tiupan klarinet, dan dentuman timpani menyapa ruang. Seakan-akan masa depan menyahut tradisi, memberikan isyarat bahwa dunia baru terbuka lebar menanti langkah para seniman muda.
Gamelan dan orkestra itu tak hanya musik pengiring. Mereka adalah simbol pertemuan dua samudra: samudra budaya lokal yang dalam dan samudra global yang luas. Di titik pertemuan itulah para wisudawan berdiri –sebagai jembatan, sebagai penghubung antara akar dan cakrawala.
Wisuda ISI Yogyakarta menjadi perayaan di mana ilmu dan seni berpadu. Juga, tempat panggung kehidupan menegaskan bahwa setiap karya, setiap nada, setiap langkah, adalah doa yang mengalun bersama harapan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: