Kepemimpinan Digital dan Intelektual di Era Teknologi Informasi

Kepemimpinan Digital dan Intelektual di Era Teknologi Informasi

ILUSTRASI Kepemimpinan Digital dan Intelektual di Era Teknologi Informasi.-Maulana Pamuji Gusti-Harian Disway-

Dalam hal tertentu, hal demikian dapat dimaklumi karena ada alasan tertentu dari seorang pimpinan.

Persoalannya, ketika pola pikir kepemimpinan digital dijadikan sebagai pengganti segalanya, akan berdampak pada merenggangnya aspek humanis dalam hubungan kemanusiaan sekaligus mendistorsi kepemimpinan yang sesungguhnya. 

Meskipun, teknologi dapat dimanfaatkan untuk menjalankan program kepemimpinan. Sebuah ketidaklaziman memimpin manusia yang penuh dengan dimensi kejiwaan, akan tetapi pemimpin sulit dan mungkin enggan bertemu dengan yang dipimpin karena menganggap dapat dilakukan dengan pendekatan digitalisasi.

REFLEKSI

Pola pikir itu memang tidak salah, tetapi diperlukan kearifan dan kebijaksanaan kapan pemimpin harus bertemu langsung dengan komunitas yang dipimpin dan kapan memanfaatkan teknologi dalam proses kepemimpinannya karena teknologi pada dasarnya bersifat membantu, tidak dapat menggantikan semuanya.

Kepemimpinan intelektual yang dalam bahasa agama menjadi salah satu kepemimpinan profetik dengan sebutan fatanah (cerdas) sangat dibutuhkan untuk membangun peradaban manusia dengan tetap mengarustamakan dimensi lainnya. 

Yakni, dipercaya (amanah), jujur (sidik), dan berani menyampaikan kebenaran (tablig) menjadi modal manusia yang sangat penting, khususnya dalam kepemimpinan berbagai bidang dan cakupan kepemimpinan.

Pola pikir itu penting direfleksikan oleh pemimpin siapa pun, dalam skala apa pun, dan institusi mana pun, sekalipun saat ini eranya adalah era digital. 

Kepemimpinan intelektual yang disertai keteladanan sikap dan perilaku tetap menjadi role model yang memiliki ikatan emosional yang kuat antara yang memimpin dan yang dipimpin, lebih ideal lagi apabila kepemimpinan intelektual dibalut dengan kepemimpinan digital. 

Balutan ideal itu akan dapat memengaruhi proses kepemimpinan dan efektivitas pengelolaan institusi atau organisasi tanpa mengabaikan sisi humanis. (*)

*) Muhammad Turhan Yani adalah guru besar Fisipol dan kepala Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) Universitas Negeri Surabaya serta dewan Pakar HISPISI.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: