Sustainable Fashion dalam FESyar Bank Indonesia 2025 (2): Pikat Pasar dengan Identitas Khas

Sustainable Fashion dalam FESyar Bank Indonesia 2025 (2): Pikat Pasar dengan Identitas Khas

MANEKIN berbalut busana Batik Widayati menarik pengunjung FESyar Bank Indonesia 2025 di Surabaya pada Minggu, 15 September 2025.-Christian Mazmur-Harian Disway-

HARIAN DISWAY - Terus menggali ide dan tak lelah mengasah kreativitas menjadi resep para pebisnis fashion untuk bertahan di pasar. Sebab, konsumen selalu mencari produk yang baru dan unik. Value itulah sebenarnya yang mereka bayar. 

Natasha Rizky mengatakan bahwa bisnis fashion tidak sekadar menampilkan busana. “Yang kita jual adalah identitas, narasi, dan value dari brand kita. Itu yang kita jual kepada customer, terlebih loyal customer,” ungkap aktris sekaligus penulis buku itu dalam Talkshow Sustainable fashion di Surabaya pada Sabtu, 14 September 2025.

BACA JUGA:Sustainable Fashion dalam FESyar Bank Indonesia 2025 (1): Sesuai Akidah, Stylish, Ramah Lingkungan

BACA JUGA:FESyar Regional Jawa 2025, Gubernur Khofifah Tegaskan Jatim Jadi Episentrum Ekonomi Syariah Nasional


DERETAN produk Kainkubiru milik Muh. Thoyib berwarna indigo dari pewarna alami buatan sendiri. Thoyib ikut pameran FESyar Bank Indonesia 2025 di Surabaya akhir pekan lalu.-Christian Mazmur-Harian Disway-

Muh. Thoyib, owner Kainkubiru, sepakat dengan Natasha. Pebisnis fashion asal Sukoharjo, Jawa Tengah, itu konsisten memproduksi kain dan busana dengan teknik pewarnaan shibori

Seluruh produknya berwarna indigo. Yakni, biru yang dihasilkan dari pewarna alami. “Saya terinspirasi riset yang saya lakukan saat menempuh pendidikan S2 di Universitas Negeri Sebelas Maret,” ujarnya kepada Harian Disway Minggu, 15 September 2025.

Saat itu, Thoyib melakukan penelitian tentang sel surya berbasis pewarna alami untuk penerapan teknologi dye sensitized solar cells (DSSC). Thoyib menggunakan Indigofera tinctoria untuk mengganti pewarna N719.

Ternyata, komoditas tersebut pernah dibudidayakan saat tanam paksa pada zaman kolonial dulu. Bahkan, Belanda sudah menggunakan tanaman itu dalam produksi tekstil sebagai pewarna.

BACA JUGA:Sambut FESYAR 2025, Gubernur Khofifah Optimistis Akselerasi Ekonomi Syariah dari Jawa Timur untuk Indonesia Semakin Signifikan

BACA JUGA:Hotel Artotel TS Suites Surabaya Gandeng ISIK Gelar Workshop Shibori, Dukung Kreativitas dan Pemberdayaan Perempuan

“Hasil penelitian itu sudah kami presentasikan. Karena kebijakan pemerintah belum mendukung untuk menerapkan teknologi sel surya tersebut dan modalnya besar, akhirnya kita aplikasikan ke kain supaya bisa bermanfaat bagi masyarakat,” terang Thoyib. 

Demi mempertahankan kualitas produknya, Thoyib tidak asal memberikan pewarna pada pakaian. Produk Kainkubiru harus melewati rangkaian uji laboratorium. Di antaranya, uji pH (derajat keasaman) dan viskositas.

Dengan demikian, Thoyib punya dasar ilmiah untuk membangun kepercayaan konsumen. “Apalagi untuk persyaratan ekspor kan. Kita tidak bisa menunjukkan kualitas produk berdasarkan feeling,” tambahnya.

BACA JUGA:Limbah Linen Hotel Ciputra Wold Surabaya Disulap Jadi Shibori Cantik untuk Peringati Hari Lingkungan Hidup Sedunia

BACA JUGA:Batik Gedog Tuban Selangkah Lagi Menuju Pengakuan Indikasi Geografis Nasional

Saat ini, Kainkubiru berkolaborasi dengan Batik Widayati untuk mengembangkan bisnis hingga ke pasar Singapura, Jepang, dan Kanada.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: