Polwan Tersangka Bunuh Suami yang Polisi di Lombok: Butuh Transparansi Polisi

ILUSTRASI Polwan Tersangka Bunuh Suami yang Polisi di Lombok: Butuh Transparansi Polisi.-Maulana Pamuji Gusti-Harian Disway-
Unggahan Rizka begini: Dia tampil di foto bersama dua anaknyi.
Isi pesan tulisan demikian: ”Anakku, seberat dan serumit apa pun duniaku, aku akan berusaha memberikan yang terbaik untukmu. Sekeras dan sekejam apa pun duniaku, aku akan perjuangkan dunia yang indah bagimu. Ya Allah… aku titipkan masa depan anakku yang tidak kuketahui rahasianya. Berkahi perjuangan dan usahaku untuknya. Mudahkan semua proses hidupnya dan kabulkanlah doanya, cita-cita, dan impiannya. Aamiin.”
Di unggahan lain, yang juga menampilkan foto Rizka dan dua anaknyi, isi pesan tulisan begini:
”Saat duduk dengan anakku, sesekali aku memperhatikannya, aku berdoa dalam hati, agar semua keinginannya terpenuhi, hidupnya lebih bahagia, dan tidak ada yang menyakitinya. Cukup badainya di aku, jangan anakku.”
Pesan pertama dan kedua mirip. Rizka curhat di medsos bahwa hidupnya berat dan rumit. Dia juga berdoa agar hidup anak-anaknyi kelak lebih baik daripada hidup dia. Di akhir pesan kedua makin jelas: ”Cukup badainya di aku, jangan anakku.”
Dari unggahan-unggahan itu, publik bisa menyimpulkan, ada problem di rumah tangga Esco dan Rizka. Jelasnya, Rizka merasa hidunyi berat.
Seluruh rangkaian liputan wartawan itu (keterangan penasihat hukum dan unggahan Rizka) mengarah pada kondisi rumah tangga Esco-Rizka bermasalah. Pun, Rizka adalah terduga pelaku pembunuhan Esco.
Rangkaian itu membentuk framing bahwa penetapan Rizka sebagai tersangka adalah logis karena beberapa indikator tersebut. Framing itu tidak bakal muncul jika polisi sudah mengumumkan motif pembunuhan.
Jika seandainya Rizka pembunuh Esco, bagaimana caranya? Mereka pasti duel. Secara fisik, lebih kuat Esco daripada Rizka. Terkait tugas Esco sebagai intel, yang menyelidiki perkara-perkara kriminal. Sementara itu, Rizka bagian penerangan (bhabinkamtibmas).
Mana mungkin Rizka bisa menang duel lawan suami? Kecuali ada serangan pendahuluan terhadap korban yang tidak disadari korban.
Dugaan-dugaan itu membentuk antitesis daripada framing. Lawannya framing. Semua itu muncul sebagai spekulasi publik. Spekulasi tersebut tidak akan muncul jika polisi mengumumkan kronologi pembunuhan.
Di era medsos sekarang, arus informasi mustahil dibendung. Informasi bagai air bah yang menyebar ke mana-mana, menuju ke tempat yang lebih rendah. Jika ada suatu kejadian dan instansi resmi tidak segera mengumumkan penyebabnya, muncul spekulasi publik.
Spekulasi, selain membentuk opini publik, bisa memengaruhi pengambilan keputusan oleh otoritas resmi. Akhirnya hal itu akan menurunkan tingkat kepercayaan publik terhadap otoritas resmi.
Kalau tingkat kepercayaan publik terhadap otoritas turun sampai level tertentu, dampak negatifnya beragam. Dan, itu merugikan masyarakat dalam mencapai tujuan hidup aman dan tertib. (*)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: