6 Hari Menanti, Harapan Wali Santri Korban Ambruknya Ponpes Al Khoziny Belum Pupus

EVAKUASI korban yang baru ditemukan di reruntuhan musala Ponpes Al-Khoziny, Buduran, Sidoarjo, Jumat, 3 Oktober 2025.-Muhamad Nur Khotib-
HARIAN DISWAY - Tragedi ambruknya Ponpes Al Khoziny Sidoarjo menimbulkan kerisauan. Terutama bagi wali santri yang anak-anak mereka menuntut ilmu di sana.
Salah satunya, Moch. Solehuddin, seorang wali santri asal Blega, Bangkalan. Dengan penuh harapan dan rasa cemas, ia berangkat ke lokasi kejadian pada Selasa malam, 30 September 2025, setelah bangunan ambruk.
"Saya berangkat bersama rombongan tujuh orang setelah mendapat telepon dari alumni. Lalu, saya langsung ke Sidoarjo. Jadi, saya di sini sudah sejak hari pertama," ungkap Solehuddin.
Setiap hari, ia menanti kabar sang putra, Achmad Suhaifi, yang masih belum ditemukan hingga hari keenam evakuasi, Sabtu, 4 Oktober 2025. Putranya itu sudah dua tahun menimba ilmu di Ponpes Al Khoziny.
BACA JUGA:Identifikasi Korban Ambruk Ponpes Al-Khoziny, Keluarga Harus Segera Lapor!
BACA JUGA:Pembersihan Puing Bangunan Ponpes Al Khoziny Capai 50 Persen, Tim SAR Fokus Evakuasi
Saat ditemui Harian Disway pada siang tadi, Solehuddin awalnya mengaku tak percaya. Karena, tak pernah ia dengar tragedi ponpes roboh.
"Kalau jembatan dan gedung yang ambruk kan sudah sering terjadi. Tapi, ini pertama kali (pondok pesantren, red)," ujar pria berusia 47 tahun itu.
Solehuddin memilih untuk tidak menunggu di rumah sakit. Padahal sudah banyak wali santri yang memilih menunggu anaknya di sana. "Saya tidak mau menunggu di rumah sakit agar cepat mendapat informasi," tambahnya.
Bahkan, Solehuddin mengaku sampai tak bisa tidur karena menunggu kabar putranya. "Sampai susah tidur. Dibuat tidur enggak enak. Tiap malam saya nunggu," jelasnya.
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Letjen TNI Suharyanto, mengungkapkan perkembangan terbaru terkait penanganan bencana runtuhnya bangunan musala di Pondok Pesantren (Ponpes) Al Khoziny, Buduran, Sidoarjo, Jawa Timur-Dok.BNPB-
Alasan Solehuddin memasukkan anaknya ke Pondok Pesantren Al Khoziny adalah karena reputasi pesantren.
"Ini kan pesantren tertua di Jawa Timur, jadi itu alasan saya masukkan anak saya di sini. Saya yakin pendidikan di sini sangat baik. Banyak alumni yang sukses," jelasnya.
Harapan terhadap pendidikan yang berkualitas menjadi alasan utama baginya untuk memilih Ponpes Al Khoziny. Namun, tragedi yang terjadi pada akhir September itu membuat semuanya terancam.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: