Korban Tewas Ponpes Al Khoziny Bertambah Jadi 37 Orang, Tim SAR Hadapi Kendala Struktur Bangunan

Alat berat melakukan pembersihan puing-puing musala Ponpes Al-Khoziny Buduran Sidoarjo. BNPB meminta masukan dari ahli struktur ITS agar evakuasi tak pengaruhi bangunan di sekitarnya-BNPB-
HARIAN DISWAY – Jumlah korban meninggal dunia akibat runtuhnya gedung musala Pondok Pesantren Al Khoziny, Buduran, Sidoarjo, terus bertambah. Hingga Minggu 5 Oktober siang, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat total 37 korban jiwa dan dua potongan tubuh telah ditemukan dari balik reruntuhan bangunan.
Berdasarkan laporan resmi BNPB, temuan terbaru terjadi pada Minggu, 5 Oktober 2025 antara pukul 06.30 hingga 12.00 WIB. Dalam kurun waktu tersebut, tim gabungan menemukan 12 jenazah tambahan dan satu potongan tubuh manusia. Data ini masih bersifat sementara, karena jumlah pasti baru dapat dipastikan setelah seluruh puing dan beton diangkat hingga mencapai lantai dasar.
“Data yang digunakan masih berdasarkan absensi dari pihak pondok pesantren. Hasil pastinya akan diketahui setelah proses pembersihan selesai sepenuhnya,” ujar Deputi Bidang Penanganan Darurat BNPB Mayjen TNI Budi Irawan.
BACA JUGA:Kisah Korban Selamat dari Reruntuhan Ponpes Al Khoziny, Harus Diamputasi saat Proses Evakuasi
BACA JUGA:Spensa Kirim Doa untuk Ponpes Al Khoziny, Saat Menang di JRBL!
Dari hasil pencarian, sebagian besar jenazah ditemukan di lantai satu sisi utara bangunan. Saat ini, lebih dari 60 persen puing dan reruntuhan telah berhasil dibersihkan. Namun, proses evakuasi mengalami kendala karena salah satu beton utama masih terhubung dengan bangunan di sebelah musala.
Petugas melakukan pemotongan besi beton di bekas reruntuhan Musala Ponpes Al-Khoziny Buduran Sidoarjo dalam proses evakuasi -BNPB-
Untuk mencegah kerusakan lanjutan, BNPB menggandeng tim ahli dari Institut Teknologi Surabaya (ITS) guna melakukan investigasi forensik struktur bangunan dan memberikan rekomendasi teknis bagi tim pembersihan. “Kami minta bantuan ITS agar proses pembersihan tidak mengganggu struktur bangunan di sekitarnya,” jelas Budi.
Memasuki hari ketujuh pascakejadian, tim SAR gabungan terus bekerja selama 24 jam penuh dengan sistem bergantian setiap tiga jam. Sejumlah personel mulai mengalami kelelahan dan keluhan kesehatan seperti gatal-gatal akibat paparan debu dan lingkungan kerja yang lembab. Dinas Kesehatan menambah layanan medis dengan pemberian suplemen vitamin dan perawatan langsung di lapangan untuk menjaga stamina para petugas.
BACA JUGA:6 Hari Menanti, Harapan Wali Santri Korban Ambruknya Ponpes Al Khoziny Belum Pupus
BACA JUGA:Tim SAR Temukan 36 Korban Ambruknya Mushala Ponpes Al Khoziny
BNPB juga memperingatkan potensi munculnya penyakit lanjutan akibat pembusukan jenazah yang sudah lebih dari tujuh hari. Meski jenazah tidak menularkan penyakit menular secara langsung, risiko dapat muncul jika cairan pembusukan mencemari sumber air bersih. Untuk mencegahnya, BNPB bersama Pusat Krisis Kesehatan RI, Dinas Kesehatan, dan BPBD Jawa Timur meningkatkan penyemprotan disinfektan serta pengelolaan lingkungan sekitar.
Selain itu, dukungan psikososial juga diberikan bagi keluarga korban dan warga sekitar. Posko kesehatan di sekitar lokasi kini menyediakan layanan psikologis gratis, termasuk pijat refleksi dan bekam tradisional bagi wali santri yang mengalami kelelahan fisik dan emosional.
BNPB, Basarnas, TNI, Polri, dan seluruh pihak yang terlibat mengimbau masyarakat untuk terus memberikan doa dan dukungan agar proses evakuasi dan pembersihan dapat segera dituntaskan sepenuhnya.(*)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: