Harian Disway di China International Press Communication Center (CIPCC) (48): Belajar Uniknya Demokrasi Tiongkok

SWAFOTO PARA DELEGASI Konferensi Konsultasi Politik Rakyat Tiongkok (CPPCC) di Beijing, 10 Maret 2025. keterwakilan perempuan dan suku minoritas tampak pada momen itu. -WANG ZHAO-AFP-
Han memaparkan angka-angka yang menunjukkan keberagaman: dari 2.980 anggota NPC, hampir 15 persen adalah wakil etnis minoritas, dan sekitar seperempatnya perempuan. “Setiap kelompok diwakili,” ujarnya. “Dari buruh, petani, akademisi, hingga wirausaha,” papar Han.
Bagian paling menarik dalam kuliah itu muncul ketika Han membahas deliberative democracy atau demokrasi konsultatif — sebuah bentuk yang menurutnya khas Tiongkok.
“Rakyat tidak hanya memilih,” katanya, “tetapi juga dilibatkan dalam proses perumusan kebijakan. Dari rapat CPPCC di tingkat pusat, forum masyarakat, hingga diskusi daring di tingkat desa.”
Ia mencontohkan praktik di kota Wenling, Zhejiang, yang dikenal dengan “konferensi demokrasi.” Warga duduk bersama pejabat lokal untuk membahas anggaran publik. Itu adalah bentuk demokrasi yang tidak konfrontatif. Yang dicari adalah kesepakatan. Bukan menang-kalah.
Memang, demokrasi versi Tiongkok bukan berarti tanpa kritik. Dan demokrasi itu tentu masih bisa berkembang. Tapi, Tiongkok tak ingin dinilai dari ukuran orang lain.
Han menekankan, demokrasi Tiongkok berakar pada sejarah dan budaya sendiri. Dan terus disesuaikan dengan tahap pembangunan ekonomi dan sosial. “Demokrasi yang sejati adalah yang membawa manfaat nyata bagi rakyat,’’ kata Han.
Tentu, kuliah itu memunculkan diskusi panjang di kalangan para jurnalis yang hadir. Banyak yang sepakat bahwa menarik bagaimana Tiongkok memaknai demokrasi dengan caranya sendiri. Bagaimana rakyat Tiongkok memang ingin bersatu sejak dulu, sampai membangun tembok maharaksasa yang kami saksikan pagi ini, Jumat, 10 Oktober 2025…(*/bersambung)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: