Harian Disway di China International Press Communication Center (CIPCC) (48): Belajar Uniknya Demokrasi Tiongkok

Harian Disway di China International Press Communication Center (CIPCC) (48): Belajar Uniknya Demokrasi Tiongkok

SWAFOTO PARA DELEGASI Konferensi Konsultasi Politik Rakyat Tiongkok (CPPCC) di Beijing, 10 Maret 2025. keterwakilan perempuan dan suku minoritas tampak pada momen itu. -WANG ZHAO-AFP-

Secara berkala, para jurnalis peserta program China International Press Communication Center (CIPCC) memang harus mengikuti ’’kelas’’. Agar mereka kian paham konteks sosial-budaya Tiongkok. Termasuk soal politiknya.

UNTUK memahami politik Tiongkok, orang harus terlebih dahulu memahami bagaimana orang Tiongkok memandang demokrasi.

Kalimat itu menjadi salah satu yang digarisbawahi oleh Profesor Han Donglin, ahli politik dari School of International Studies, Renmin University of China. Ia adalah ’’dosen’’ kami, Kamis, 9 Oktober 2025, pagi. Seperti biasa, ’’perkuliahan’’ dilangsungkan di Jianguomen Diplomatic Residence Compound, tempat tinggal kami sejak Agustus hingga Desember 2025.

Han adalah lulusan program doktoral dari Hong Kong University of Science and Technology. Pernah menjadi peneliti pascadoktoral di program Princeton-Harvard China and the World. Karena itu, ia fasih betul membawakan materi Whole-Process People’s Democracy. Seluruh proses demokrasi untuk rakyat. Plus contoh konkret kehidupan sehari-hari di negaranya.

BACA JUGA:Harian Disway di China International Press Communication Center (CIPCC) (47): Rumah Sakit Rasa Hotel

BACA JUGA:Dari Peluncuran Buku Kisah-Kisah Menyentuh Shanghai Cooperation Organization (2): Kembali Ceria karena Mata Terbuka

Han memulai dengan sejarah singkat. “Demokrasi berasal dari Yunani,” ujarnya, “namun cara setiap bangsa memahaminya berbeda.”

Menurutnya, di Barat demokrasi sering dikaitkan dengan pemilihan umum, multipartai, dan pemisahan kekuasaan. Tapi di Tiongkok, demokrasi dipahami dari akar budaya dan sejarah panjang yang menjunjung persatuan dan harmoni.

“Sejak zaman kekaisaran,” katanya, “orang Tiongkok memiliki hasrat kuat untuk bersatu dalam satu bangsa besar. Mereka percaya, hanya dengan kesatuan, negara bisa makmur.”

Karena itu, Tiongkok menempatkan rakyat di pusat sistemnya. People-based thought. Tapi, kepemimpinan tetap terpusat agar stabil. “Air yang menopang perahu bisa pula menenggelamkannya,” ujar Han mengutip pepatah klasik.


SUASANA KELAS politik yang dipimpin Profesor Han Donglin, Kamis, 9 Oktober 2025.-Doan Widhiandono-

“Pemerintah harus selalu menjaga kesejahteraan rakyat agar tetap dipercaya.” Nah!

Salah satu pokok pikiran Han adalah adalah perbedaan antara “bentuk” dan “isi” demokrasi.

“Di Tiongkok,” katanya, “kami lebih memperhatikan hasil nyata bagi masyarakat ketimbang sekadar prosedur pemilihan. Demokrasi yang baik bukan yang paling gaduh, tapi yang paling berguna.”

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: