Ujung Tapal Batas Politik Bebas Aktif

ILUSTRASI Ujung Tapal Batas Politik Bebas Aktif.-Arya-Harian Disway-
PIDATO Presiden Prabowo Subianto di perhelatan Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang lalu sejatinya merupakan sebuah momentum baru bagi kebijakan luar negeri Indonesia. Seharusnya momen itu menjadi tanda kembalinya peran lebih besar presiden dalam kebijakan luar negeri Indonesia.
Memang, kehadiran Prabowo dalam forum bergengsi yang menghadirkan berbagai pemimpin dunia itu merupakan langkah berani. Setelah sepuluh tahun Indonesia ”hanya”diwakili Menteri Luar Negeri Retno Marsudi.
Dalam pidatonya yang berdurasi hampir dua puluh menit itu, Prabowo tampil dengan gaya khas: berapi-api, penuh kutipan sejarah revolusi dunia dari Amerika sampai Tiongkok –seakan ia ingin mengingatkan dunia bahwa Indonesia lahir dari semangat yang sama: anti-imperialisme, kemerdekaan, dan perjuangan melawan ketidakadilan.
BACA JUGA:Benarkah Pidato di PBB Itu Penting?
BACA JUGA:Pasca Pidato Berapi-Api di Sidang PBB, Sejumlah Kepala Negara Telepon Prabowo, ini Kata Mereka
Dengan gaya itu, ia seperti menghidupkan kembali memori lama: Indonesia bukan sekadar negara berkembang di Selatan, tapi bangsa besar dengan misi historis.
DARI BEBAS AKTIF KE ISRAEL-PALESTINA
Dari sana, ia bergeser ke isu-isu lain. Prabowo menegaskan konsistensi politik luar negeri Indonesia yang bebas aktif. Bebas berarti tidak tunduk ke blok mana pun. Aktif berarti siap turun tangan demi perdamaian. Dari lingkungan hidup, kesenjangan global, sampai multilateralisme,semua ia bungkus dalam satu kerangka.
Ia bicara pentingnya menjaga relevansi PBB, menyinggung Paris Agreement hingga janji net-zero emission pada 2060. Pesan utamanya sederhana: Indonesia ingin bermain lebih di panggung besar, bukan lagi sekadar penonton.
BACA JUGA:Netanyahu Singgung Pidato Presiden Prabowo di Sidang PBB, Ajak Kolaborasi Negara Muslim dan Israel
BACA JUGA:Momentum Presiden Prabowo Subianto
Namun, kemudian muncul momen yang membuat seluruh ruangan sedikit terhenyak. Saat berbicara soal Palestina, Prabowo melontarkan kalimat,”we must have an independent Palestine but we must also respect and guarantee the safety and security of Israel.”
Kata sambung ”but” mungkin terdengar kecil, tetapi efeknya tidak main-main. Kalimat itu terdengar sebagai sinyal: Indonesia, yang selama puluhan tahun berdiri tegak di belakang Palestina, kini membuka ruang tafsir baru: pengakuan Israel, asalkan Israel mengakui Palestina.
PERUBAHAN ARAH KEBIJKAN ATAU TAFSIR BARU BEBAS AKTIF?
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: