Transformasi Ekonomi Pesantren: Dari Ketergantungan ke Kemandirian

Transformasi Ekonomi Pesantren: Dari Ketergantungan ke Kemandirian

ILUSTRASI Transformasi Ekonomi Pesantren: Dari Ketergantungan ke Kemandirian.-Maulana Pamuji Gusti-Harian Disway-

Dengan bantuan OPOP, banyak pesantren yang mendirikan koperasi, membuat pembukuan rutin, menjalankan rapat manajemen bulanan, bahkan mulai menyusun laporan keuangan tahunan. 

Hal itu membangun budaya organisasi yang lebih profesional dan berorientasi jangka panjang. Yang tak kalah penting, terjadi pula perubahan relasi antara pesantren dan masyarakat sekitarnya. 

Pesantren kini menjadi motor penggerak ekonomi lokal. Produk-produk pesantren dijual di warung sekitar, masyarakat dipekerjakan sebagai tenaga produksi, dan ibu rumah tangga dilibatkan dalam pengemasan. 

Beberapa pesantren bahkan menjalin kemitraan dengan petani sekitar untuk memasok bahan baku, misalnya, untuk usaha produksi keripik atau minuman herbal. Hubungan yang sebelumnya bersifat sosial-keagamaan kini berkembang menjadi kemitraan ekonomi yang saling menguntungkan.

Di desa-desa sekitar pesantren OPOP kini mulai bermunculan koperasi mitra, komunitas reseller, hingga komunitas ibu-ibu perajin. Dalam jangka panjang, itu tidak hanya meningkatkan pendapatan masyarakat, tetapi juga memperkuat solidaritas sosial dan membangun ekosistem ekonomi berbasis lokal.

REFLEKSI DARI DALAM: MENGUBAH POLA PIKIR, MEMBANGUN MASA DEPAN

Dampak OPOP bukan hanya pada produk dan uang, melainkan juga pada perubahan cara pandang. Banyak kiai dan pengasuh pesantren yang awalnya ragu kini menyadari bahwa ekonomi bukanlah wilayah profan yang harus dijauhi, melainkan bagian dari keberagamaan itu sendiri. 

Menjalankan usaha halal, menghindari riba, membangun koperasi, dan memberdayakan masyarakat adalah bentuk ibadah yang bernilai tinggi. Spirit itulah yang kini menyatu dalam semangat OPOP: ekonomi yang berbasis nilai.

Bagi santri, OPOP memberikan harapan baru. Mereka tak lagi melihat kesuksesan hanya dalam bentuk menjadi ustaz terkenal atau ASN, tetapi juga dalam kemampuan membangun usaha sendiri, memberikan manfaat bagi orang lain, dan menjadi agen perubahan di tengah masyarakat. 

Tidak sedikit alumni pesantren OPOP yang kini merintis bisnis sendiri, bekerja sebagai pendamping UMKM, bahkan melanjutkan studi di bidang manajemen dan kewirausahaan.

Di sisi pemerintah daerah, OPOP menjadi contoh program pembangunan yang tepat sasaran dan berbasis akar rumput. Ia tidak dibangun di atas asumsi, tapi pada kekuatan komunitas yang sudah ada. 

Ia tidak memaksakan pendekatan dari luar, tetapi menggali kekuatan dari dalam. OPOP menunjukkan bahwa pembangunan tidak harus selalu dilakukan dari atas ke bawah. Ia bisa dilakukan dari dalam ke luar, dari pesantren ke masyarakat, dari nilai ke pasar.

DARI PROGRAM KE GERAKAN

Melihat dampaknya yang luas dan berlapis, OPOP telah melampaui dirinya sebagai program. Ia telah menjadi gerakan. Gerakan itu hidup di ratusan pesantren, ribuan santri, dan komunitas masyarakat di seluruh penjuru Jawa Timur. 

Ia bergerak pelan tapi pasti, membangun masa depan dari dapur kecil, dari meja koperasi, dari rak penjualan di toko desa. Dan, yang terpenting, ia membawa serta nilai: kerja keras, keberkahan, kejujuran, dan keberdayaan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: