Sejarah dan Tradisi Lima Hari Diwali, Festival Cahaya yang Penuh Makna

Potret Diya, lampu tanah tradisional dalam perayaan Diwali--pexels.com
4. Govardhan Puja atau Padwa: Hari keempat merupakan peringatan tentang peristiwa ketika Dewa Krishna mengangkat bukit Govardhana. Dengan maksud melindungi masyarakat atau pengembala sapi setempat dari hujan lebat yang disebabkan oleh murka Dewa Indra.
BACA JUGA: 5 Tradisi Unik Nusantara yang Masih Dilestarikan sampai Sekarang
BACA JUGA: 6 Tradisi Perayaan Maulid Nabi di Berbagai Negara
Beberapa umat merayakannya dengan mempersembahkan segunung makanan untuk mengenang Dewa Krishna. Pun, membuat patung dari tanah liat untuk meniru peristiwa tersebut.
5. Bhai Dooj: Hari kelima atau hari terakhir Diwali dilakukan dengan cara merayakan kasih sayang antar saudara. Perayaan itu dilakukan untuk menghormati ikatan saudara antara Dewa Yama dan saudarinya, Yami.
Saudari perempuan biasanya akan membubuhkan tilak atau tanda merah di dahi saudara laki-lakinya. Sedangkan saudara laki-laki akan memberikan hadiah kepada saudara perempuannya. Mereka kemudian saling mendoakan satu sama lain untuk kesuksesan dan kesejahteraan.
Diwali biasanya dirayakan dengan meriah simbol kemenangan atas kegelapan dan kebaikan atas kejahatan--pexels.com
Dilansir Encyclopaedia Britannica, perayaan Diwali tidak hanya ada dalam tradisi Hindu. Tetapi juga terdapat dalam Jainisme.
BACA JUGA: Tradisi Lempar Bunga di Pernikahan, Dari Inggris Abad ke-18 hingga Jadi Tren di Indonesia
BACA JUGA: Grebeg Suro 2025: Festival Reog Ponorogo Meriahkan Tradisi Leluhur
Bagi mereka, perayaan dilakukan untuk memperingati pencerahan dan pembebasan (moksha) Mahavira Tirthankara Jain dari siklus kehidupan dan kematian (samsara).
Selain itu, ada pula dalam tradisi Sikhisme. Mereka merayakan Diwali sejak abad ke-18. Sebagai cara untuk mengenang masa kembalinya Guru Hargobind ke Amritsar setelah menjalani masa tahanan di Gwalior.
Saat perayaan Diwali, masyarakat Amritsar biasanya merayakannya dengan menyalakan lampu di seluruh kota.
Sementara pada agama Buddha, perayaan Diwali dirayakan sebagai peringatan untuk Kaisar Ashoka yang memeluk agama Buddha pada abad ke-3. Mereka merayakannya dengan menyalakan lampu, mendekorasi kuil dan biara, serta bermeditasi.
BACA JUGA: Mengapa 12 Oktober Jadi Hari Museum Nasional? Simak Sejarah dan Maknanya
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: diolah dari berbagai sumber