Mission (Im)possible Danantara: Mesin Investasi atau Instrumen Geopolitik?

Kunci sukses GPFG ada empat. 

Pertama, restrukturisasi BUMN agar lebih efisien dan kompetitif. Kedua, tata kelola investasi yang ketat memastikan keputusan berbasis analisis ekonomi dan bisnis yang feasible dan bersih dari kepentingan politis. 

Ketiga, menjadi penggerak likuiditas di pasar saham, menjaga stabilitas, dan daya saing ekonomi nasional. Keempat, mempertahankan portofolio di sektor green economy yang berkelanjutan.

Danantara perlu belajar, bahkan mengadopsi dari model GPFG, terutama dalam tata kelola dan strategi investasi. Rujukan ideal tersebut seharusnya menjadi pemantik kepercayaan publik. 

Tantangan pertama yang harus dijawab Danantara adalah tata kelola yang akuntabel dan terbuka akan keterlibatan pengawasan publik. 

Salah satu isu yang mengemuka yang menjadi perhatian adalah mekanisme kontrol terhadap Danantara yang memunculkan kekhawatiran bahwa dominasi pemerintah dalam struktur itu dapat mengurangi independensi Danantara sebagai badan investasi. 

Jika pengelolaannya terlalu terpengaruh oleh keputusan politik jangka pendek, dikhawatirkan Danantara akan kesulitan untuk menjalankan misi jangka panjangnya sebagai lokomotif ekonomi nasional. 

Danantara memiliki peluang dan tantangan besar serta relevansi kuat dalam mewujudkan program Astacita Kabinet Prabowo-Gibran. 

Di antaranya adalah membangun hilirisasi dan industrialisasi untuk meningkatkan nilai tambah di dalam negeri, kemudian membangun dari desa dan dari bawah untuk pemerataan ekonomi dan pemberantasan kemiskinan. 

Di tengah efisiensi dan keterbatasan anggaran negara, publik memiliki ekspektasi tinggi akan kehadiran Danantara sebagai agen mission possible pengganda ekonomi di tengah perlambatan ekonomi global. (*) 

*) Sukarijanto adalah pemerhati kebijakan publik dan peneliti di Institute of Global Research for Economics, Enterpreneurship, & Leadership.

Sumber: