Dosen FPIK Universitas Brawijaya Ikuti Uji Kompetensi LSP AI, Siap Cetak Lulusan Jadi Teknisi Budidaya
Puluhan dosen FPIK Universitas Brawijaya mengikuti uji kompetensi untuk mendapatkan sertifikasi dari LSP AI sesuai bidang masing-masing.- Naufal Adibi - Harian Disway
Berbeda dengan ikan lele yang pangsa pasarnya kecil. Sehingga hasil penjualannya pun tidak sebesar udang.
Petani budidaya ikan lele pun tentu masih perlu berpikir dua kali untuk menggunakan teknologi budidaya yang canggih luar biasa. Sebab, penerapan teknologi itu membutuhkan biaya tambahan.
Adapun tahapan yang diikuti oleh dosen Program Studi Budidaya Perairan dalam uji kompetensi yang diselenggarakan LSP AI adalah dengan melakukan registrasi, melampirkan Rekognisi Pembelajaran Lampau (RPL), verifikasi, tes, dan wawancara.
BACA JUGA:Tim UWKS Latih Warga Kampoeng Pintar Oase Tembok Gede Budidaya Ikan dalam Ember
BACA JUGA:Inovasi Dua Siswa SDN Jemur Wonosari 1 Surabaya (1): Galang Budidayakan Maggot jadi Kasgot
“Kami sebagai dosen pun sebelumnya memiliki pengalaman mengajar, pengabdian kepada masyarakat, penelitian, beberapa pelatihan, menguasai materi Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3). Dosen akan melewati tahapan tes sesuai bidang masing-masing,” tutur dosen Universitas Brawijaya sekaligus pakar bidang kualitas air itu.
Jadi, setiap dosen akan melewati ujian yang materinya berkaitan dengan bidangnya. Misalnya, dosen yang memiliki keahlian khusus di bidang kualitas air budidaya udang, maka harus melewati ujian yang membahas tentang pengecekan kualitas air, cara menyediakan air baku sesuai standar, dan persiapan kolam.
“Tahun 2025 ini kami melakukan uji kompetensi pada universitas yang berasal dari berbagai daerah. Ada uji kompetensi dosen yang dilakukan dengan melampirkan portofolio. Jadi, kami memverifikasi dokumen yang mereka miliki. Juga menunjukkan bahwa dia kompeten di bidang itu,” jelas Prof. Dr. Yushinta Fujaya, Direktur LSP AI.
Pelaksanaan uji kompetensi Akuakultur tahun ini menjadi bagia dari International Conference of Aquaculture Indonesia (ICAI) bersama Masyarakat Akuakultur Indonesia (MAI). Yakni organisasi profesi akuakultur nasional.
BACA JUGA:KKN di Mojokerto, Mahasiswa Untag Latih Manajemen Budidaya Anggrek
BACA JUGA: KKN Mahasiswa UNTAG Surabaya Bangun Branding Budidaya Anggrek melalui Konten Digital
MAI memiliki anggota yang berasal dari berbagai akademisi, peneliti, praktisi, birokrat, dan milenial akuakultur.
LSP AI berada di bawah naungan MAI. Sehingga sebagai lembaga sertifikasi, tidak hanya mengujikan terkait teori. Tetapi juga secara praktik dalam budidaya perairan.
Mulai dari budidaya ikan, udang, rumput laut, dan lain-lain. Yushinta menyebut bahwa sudah ada 8 asesor yang menguji para peserta uji kompetensi yang diadakan oleh LSP AI itu.
Asesor yang bertugas dalam uji kompetensi yang diselenggarakan LSP AI berasal dari akademisi bidang Budidaya Perairan Universitas Borneo Tarakan, Universitas Gadjah Mada, Universitas Mulawarman, Universitas Udayana, hingga Universitas Hasanuddin.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: