Dari Desa Bulurejo untuk Negeri: Cara Menghajar Stunting dengan Pangan Lokal”
SOSIALISASI tentang gizi dalam sumber makanan yang berlimpah di Desa Bulurejo, Kecamatan Diwek, Kabupaten Jombang.-Universitas Airlangga-
Di sinilah letak kekuatannya: program tidak hanya memberi informasi tentang gizi, tetapi menunjukkan cara mempraktikkannya. Itulah yang membuat perubahan perilaku jauh lebih mungkin terjadi.
Kader: Penggerak Perubahan yang Tidak Banyak Disorot
Kita sering lupa bahwa kader kesehatan adalah pahlawan tanpa panggung. Mereka mengenal setiap rumah, setiap balita, setiap ibu hamil di desa mereka. Program SIGAP STUNTING menempatkan mereka sebagai aktor utama.
Sebanyak 20 kader dilatih, tidak hanya soal gizi, tetapi juga teknik pengolahan pangan dan pencatatan digital tumbuh kembang anak. Hasilnya:
• kader menjadi konsultan gizi informal,
• Posyandu tidak lagi sekadar tempat timbang balita—tetapi “kelas mini” edukasi gizi,
• keluarga mulai bertanya dan berdiskusi tentang menu yang lebih bergizi.
Perubahan kecil seperti inilah yang sebenarnya menjadi penentu keberhasilan jangka panjang.
BACA JUGA:FPDIP Jawa Timur: Distribusi Anggaran Harus Berdasar Prevalensi Stunting Daerah
BACA JUGA:PDIP Jawa Timur Dukung Zero Stunting Lewat Penguatan Layanan Perempuan
Pelajaran Penting bagi Daerah Lain
Pengalaman Bulurejo memberikan tiga pelajaran utama:
1. Solusi terbaik sering kali justru yang paling sederhana
Tepung kelor, cookies singkong, dan olahan ikan lele mungkin terlihat sepele, tetapi dampaknya nyata.
2. Perubahan perilaku tidak lahir dari ceramah
Ia lahir dari contoh, praktik langsung, dan pendampingan yang konsisten.
3. Desa memiliki potensi besar untuk mandiri
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: