Fenomena Sharenting, Jejak Digital Anak dan Batas Etis Orang Tua

Fenomena Sharenting, Jejak Digital Anak dan Batas Etis Orang Tua

ILUSTRASI Fenomena Sharenting, Jejak Digital Anak dan Batas Etis Orang Tua.-Maulana Pamuji Gusti-Harian Disway-

Ketidaksinkronan antara citra yang dibentuk oleh unggahan masa lalu dan keinginan anak pada masa kini sering menimbulkan ketegangan tersendiri dalam dinamika keluarga. 

Pada akhirnya, sharenting memperlihatkan bagaimana ruang digital mampu mengubah pengalaman paling pribadi menjadi sesuatu yang beredar luas dan sulit dikendalikan. 

Tindakan yang tampak sederhana, seperti mengunggah satu momen masa kecil, dapat membentuk jejak panjang yang terus mengikuti seorang anak bahkan sebelum ia memahami arti dunia daring. 

Di tengah laju teknologi yang kian cepat, muncul pertanyaan yang seharusnya tidak diabaikan: siapa yang berhak menentukan wajah masa kecil seseorang? 

Selama jejak digital lebih cepat tercipta daripada kemampuan anak untuk menyuarakan pilihan, tanggung jawab membatasi paparan bukan sekadar sikap hati-hati, melainkan juga bentuk penghormatan terhadap hak untuk tumbuh tanpa beban representasi yang tidak dipilihnya. 

Di titik itulah sharenting menjadi lebih dari sekadar tren, tetapi juga menjadi cermin tentang bagaimana generasi hari ini memperlakukan masa depan yang belum sempat berbicara. (*) 

*) Cysakaren Diva Pratiwi adalah mahasiswa magister kajian sastra dan budaya, Universitas Airlangga.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: