MBG: Antara Nutrisi dan Krisis Keamanan Pangan

MBG: Antara Nutrisi dan Krisis Keamanan Pangan

Opini Dr. Tedy Hartono, SH., MCS, MBG: Antara Nutrisi dan Krisis Keamanan Pangan -Salman Muhiddin-Harian Disway

BACA JUGA:SPPG Duga Keracunan MBG di SDN Meruya Selatan Bukan karena Puding Cokelat

BACA JUGA:Cegah Keracunan, BGN Wajibkan Dapur MBG Gunakan Air Galon dan Batasi Produksi

Selain itu, aspek tata Kelola seperti monitoring, evaluasi, dan akuntabilitas masih lemah. Program sebesar seharusnya  MBG memerlukan badan pengawas independen yang mampu menjalankan inspeksi rutin, audit mutu, dan investigasi insiden secara transparan.

Tanpa lembaga pengawas yang kuat, penyimpangan manajerial dan penyalahgunaan dana menjadi risiko nyata. Pengawasan juga harus mencakup aspek keuangan: anggaran harus transparan, audit reguler, dan ada mekanisme jelas untuk memastikan dana sampai pada penyedia yang memenuhi standar. 

Namun jangan lupaada segi  sisi positifnya,  ketika dijalankan dengan tepat, MBG bisa menjadi intervensi gizi yang transformatif. Bukti awal dari program-program makan di sekolah global menunjukkan peningkatan kehadiran siswa, penurunan ketidakhadiran karena penyakit, dan potensi kenaikan prestasi akademik bila asupan gizi ditingkatkan.

Dengan kerangka ilmiah menu seimbang sesuai angka kecukupan gizi, pengadaan lokal yang memberdayakan UMKM pertanian, dan audit nutrisi MBG berpeluang besar mengatasi masalah stunting dan defisit mikronutrien generasi sekarang. 

Rekomendasi praktisnya jelas: 

  1. Segera lakukan audit nasional terhadap semua dapur MBG untuk menilai kesiapan infrastruktur dan risiko kontaminasi. 
  2. Revisi alokasi anggaran per porsi berdasarkan analisis biaya riil yang memasukkan standar keamanan pangan. 
  3. Wajibkan sertifikasi hygiene bagi semua pekerja dapur dan penerapan SOP berbasis HACCP.
  4. Bentuk badan pengawas independen dengan kewenangan inspeksi dan audit keuangan.
  5. Arahkan sebagian pengadaan bagi UMKM lokal dengan kontrol mutu yang ketat. 
  6. Fokuskan tahap awal pada daerah dengan prevalensi gizi buruk tinggi, bukan penyebaran universal tanpa filter. 

MBG adalah kesempatan langka untuk investasi jangka panjang pada sumber daya manusia bangsa. Tapi investasi itu harus dilaksanakan dengan profesionalisme bukan sebagai proyek hit and run politik.

Jika pemerintah serius menyelamatkan generasi dari stunting dan membangun masa depan sehat, maka MBG harus dikelola seperti program kesehatan publik skala nasional  berbasis data, diawasi secara independen, dan diadministrasikan dengan standar mutu yang tidak bisa ditawar.

Jika tidak, korban nyata bukan hanya angka di laporan mereka adalah anak-anak yang sakit, keluarga yang kehilangan kepercayaan, dan dana publik yang terbuang percuma.

Di persimpangan ini, pilihan antara ambisi dan kehati-hatian menentukan apakah MBG akan menjadi warisan kebajikan atau pelajaran pahit yang harus dibayar mahal oleh generasi mendatang. 

*) Penulis Anggota tim Analisis IKAL Lemhanas, Ketua Bidang Pengabdian Masyarakat , PP Perdahukki.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: