Masjid Wal Adhuna Jadi Saksi Bisu Tenggelamnya Kampung Nelayan di Muara Baru

Masjid Wal Adhuna Jadi Saksi Bisu Tenggelamnya Kampung Nelayan di Muara Baru

Penampakan Masjid Wal Adhuna kini sudah menjadi bagian dari laut-disway.id/Cahyono-

HARIAN DISWAY - Di pesisir pantai Muara Baru, Penjaringan, Jakarta Utara, berdiri kokoh sebuah tanggul raksasa yang merupakan bagian dari proyek National Capital Integrated Coastal Development (NCICD). 

Tanggul tersebut tak hanya berfungsi menahan terjangan gelombang air laut. Namun, juga menjadi batas baru antara daratan dan wilayah yang perlahan berubah menjadi perairan akibat penurunan muka tanah atau land subsidence.

Di balik struktur beton setinggi hampir 4 meter itu, perubahan bentang alam terlihat begitu jelas.

Sebagian kawasan yang dulunya merupakan permukiman nelayan, kini hilang tertelan rob dan hanya menyisakan beberapa bangunan yang masih berdiri namun sudah tidak dapat lagi dihuni.

Dan di antara bangunan-bangunan yang tersisa itu, 1 bangunan yang paling mencolok adalah Masjid Wal Adhuna.

BACA JUGA:Pemerintah Siapkan Pembangunan Tanggul Laut Jakarta, Diperpanjang Sampai Ancol dan Cilincing

BACA JUGA:Prabowo Apresiasi AHY Konferensi Infrastruktur, Singgung Soal Proyek Tanggul Laut Pantura

Rumah ibadah yang dulunya menjadi pusat kegiatan keagamaan warga setempat kini berada tepat di tengah genangan air laut, terendam lebih dari satu meter.

Bangunan tersebut tampak seperti peninggalan yang tertinggal oleh zaman, sunyi, rapuh, namun masih tegak menghadapi terjangan gelombang air laut.

Masjid tersebut dulunya dikelilingi rumah-rumah nelayan. Aktivitas warga, suara anak-anak bermain, dan rutinitas ibadah pernah mewarnai kawasan tersebut.

Namun seiring meningkatnya frekuensi rob yang membanjiri kawasan permukiman, warga perlahan memilih pergi karena tak lagi sanggup menghadapi banjir yang datang tanpa pola. 

Kini, hanya masjid tersebut yang masih berdiri sebagai saksi bisu jika area itu dulunya pernah dihuni.

Pantauan pada Senin, 8 Desember 2025 menunjukkan kondisi bangunan masjid telah mengalami kerusakan berat. Kubah dan atapnya runtuh, dinding yang dulu berwarna putih dan hijau kini menghitam tergerus air asin.

BACA JUGA:Dinilai Belum Realistis, Pemkot Tunda Pembangunan Tanggul Laut Pesisir Surabaya

BACA JUGA:DPRD Gresik Minta Dinas Terkait Perbaiki Tanggul Sungai Anak Kali Lamong

Meski begitu, struktur bangunan utamanya tampak masih cukup kokoh karena dapat bertahan dari hantaman ombak yang terus datang menghantam.

Warga setempat, Diah (50), yang tinggal tidak jauh dari lokasi, mengatakan Masjid Wal Adhuna telah berdiri lebih dari 3 dekade.

“Masalahnya sudah lama sebetulnya, kalau berdiri mah ada kali 30 tahun, udah lama sekali,” ujar Diah saat diwawancarai pada Senin, 8 Desember 2025, dikutip dari laman disway.id.

Diah turut mengenang masa-masa ketika masjid itu masih digunakan sebagai tempat ibadah para nelayan dan warga setempat sebelum wilayah tersebut mulai tenggelam perlahan.

Menurut kesaksian Diah, banjir rob mulai sering melanda sejak belasan tahun yang lalu. Kondisi tersebut membuat warga kehilangan harapan untuk mempertahankan tempat tinggalnya.

“Pada pindah yang tinggal di situ,” tuturnya.

BACA JUGA:Gaspol Setelah Dilantik, Didit Herdiawan Akan Fokus ke Tanggul Laut Sepanjang Pantura Jawa

BACA JUGA:Tanggul Sungai Cinangka Jebol, 156 Rumah di Purwakarta Terendam Banjir

Perubahan terbesar terjadi pada tahun 2014, ketika pemerintah membangun tanggul NCICD untuk melindungi pesisir pantai Jakarta dari ancaman banjir rob dan penurunan muka tanah yang terus berlanjut.

Setelah tanggul selesai dibangun, kawasan yang dulu ramai oleh aktivitas warga berubah total.

Radius ratusan meter di belakang tanggul kini hanya berupa tanah kosong dan perairan dangkal tanpa jejak kehidupan seperti sebelumnya.

Meski tinggal di wilayah yang rawan banjir, Diah mengaku telah terbiasa dan kini lebih tenang berkat adanya tanggul baru tersebut.

“Biasa aja ngapain takut karena udah ada tanggul. Dari kecil juga udah di sini, kenyang lah kebakaran kebanjiran di sini jadi nggak kaget,” pungkasnya. (*)

*) Mahasiswa magang Prodi Sastra Inggris dari Universitas Negeri Surabaya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: disway.id