Mengendus Jejak Gelap Rent-Seeking di Balik Bencana Ekologis
ILUSTRASI Mengendus Jejak Gelap Rent-Seeking di Balik Bencana Ekologis.-Maulana Pamuji Gusti-Harian Disway-
TRAGEDI banjir bandang dan tanah longsor telah menghantam beberapa wilayah di Provinsi Sumatera Utara pada akhir November 2025. Musibah yang menelan ratusan korban jiwa itu telah memaksa puluhan ribu warga mengungsi ke tempat yang aman.
Pemandangan tragis yang tidak biasa terlihat. Sungai-sungai dan pantai dipenuhi material batang pohon, potongan kayu besar, dan ranting. Bercampur dengan sampah plastik dan limbah rumah tangga.
Wilayah Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat dipenuhi tumpukan kayu gelondongan dalam jumlah besar, pasca terjadinya banjir besar dan tanah longsor di tiga provinsi paling barat wilayah Indonesia tersebut.
BACA JUGA:Soroti Keadilan Ekologis, Mas Ipin Sebut Masa Depan Bumi adalah Tanggung Jawab Bangsa
BACA JUGA:Tahun Baru 2025, Momentum Menguatkan Spirit dan Legasi Ekologis
Daerah yang mengalami dampak terparah mencakup wilayah Tapanuli Utara, Tapanuli Tengah, Tapanuli Selatan, Humbang Hasundutan, Mandailing Natal, hingga Kota Sibolga.
Kerusakan ekosistem di kawasan Batang Toru, yang banyak dikenal sebagai ”kepingan surga” di Pulau Sumatera, disebut-sebut aktivis lingkungan turut memperparah dampak terjadinya banjir dan tanah longsor.
Data Global Forest Watch mencatat, Sumatera Utara kehilangan 390 ribu hektare hutan dalam rentang 2022 hingga 2024. Di daerah aliran sungai (DAS) Deli yang menopang Medan, hutan yang tersisa hanya 5,6 persen dari luas 48 ribu hektare.
BACA JUGA:Greenflation, dari Basa-basi Politis ke Kesadaran Ekologis
BACA JUGA:Renungan Harlah Ke-101 NU: Meneguhkan Gerakan Ekologis NU
Berbagai pendapat para pakar dan pengamat lingkungan menyatakan, terdapat sejumlah faktor yang menjadi penyebabnya. Sebagian analisis berfokus pada aspek geografis yang membuat daerah-daerah itu rentan terhadap bencana alam.
Di sisi lain, ada yang menyingkap fakta bahwa infrastruktur yang mendukung konservasi lingkungan ekologis yang sudah tidak layak dan tidak memadai makin memperburuk potensi terjadinya bencana.
Di berbagai berita dari media massa dan elektronik yang ramai belakangan ini, tampak adanya pemandangan aneh, dari besarnya kubikasi sampah banjir terlihat ribuan batang gelondongan kayu yang sudah terpotong rapi dan siap diolah.
BACA JUGA:Perspektif Baru TNI dalam Menghadapi Ancaman Perang Ekologis
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: