Tentang Kak Nono dan Nadiem Makarim

Tentang Kak Nono dan Nadiem Makarim

ILUSTRASI Tentang Kak Nono dan Nadiem Makarim.-Maulana Pamuji Gusti-Harian Disway-

SAAT di Sekolah Rakyat (SR), tahun 50-an, ada pelajaran budi pekerti. Gurunya baik. Jadi, saya ingat terus pelajarannya. Jangan campuri masalah yang bukan urusanmu. Jangan memberikan pendapat jika kamu tidak betul-betul tahu. 

Dakwaan korupsi Nadiem jelas bukan urusan saya. Juga, saya tidak tahu persis masalahnya, apalagi soal hukum. Namun, tentu kita setuju, kebenaran hukum di negeri ini adalah masalah kita bersama, mengapa? Perangkat hukum adalah rambu yang menjaga perjalanan suatu bangsa menuju arah yang benar. Rusaknya rambu hukum akan membawa satu bangsa ke kehancuran, itu pasti.  

Korupsi adalah kejahatan paling terkutuk, yang telah menghancurkan negeri ini, merusak masa depan anak bangsa. Upaya pemerintah menumpas habis korupsi di negeri ini harus sepenuhnya kita dukung. Namun, benarkah Nadiem, anak yang dulu saya kenal sebagai anak yang ramah, tampan, sportif, dan cerdas itu, pelaku kejahatan yang paling terkutuk di bumi ini? 

BACA JUGA:JPU Sebut Nadiem Makarim Perkaya Diri Rp 809,5 Miliar dalam Kasus Laptop Chromebook

BACA JUGA:Nadiem Makarim Cs Siap Disidang

Saya terkesan kepada Nadiem, ia anak kecil yang banyak bertanya dan betah berlama-lama bicara dengan orang tua. Teringat saat usia 6-7 tahun, Nadiem bersama bapak dan ibunya, Nono dan Tika Makarim, datang ke rumah di Surabaya. 

Kami ngobrol-guyon, Nadiem tertarik dengan burung merpati di rumah. Beberapa bulan kemudian saya ke rumah Kak Nono di Kebayoran, eh Nadiem sudah piara burung merpati. 

”Ini gara-gara kamu, Mik,” kata Kak Nono. Nadiem penyayang binatang. Setelah ia dewasa dan terkenal, saya jarang ketemu Nadiem. Saya hanya melihat like father, like son

BACA JUGA:Berkas Nadiem Makarim Dilimpahkan ke Kejari Jakarta Pusat

BACA JUGA:Praperadilan Ditolak, Nadiem Makarim Tetap Jadi Tersangka Kasus Korupsi Laptop

Anak semuda itu sudah mampu membuka lapangan kerja untuk jutaan rakyat negeri ini. Ada rasa bangga anak Nono Anwar Makarim sehebat itu. Terakhir jumpa saat di Jakarta, diundang Kak Tika makan pagi di Kebayoran. 

Kak Nono dan Nadiem yang sudah jadi Mas Menteri bergabung. Tetap seperti dulu, kami ngobrol-guyon, tetapi sama sekali tidak bicara tentang Kemendikbud.

Oh ya, pernah dulu saat Gojek baru saja muncul, Nadiem menelepon saya minta dicarikan ”orang baik” untuk jadi partner Gojek di Surabaya. ”Wah Dim, saya ini dokter, nggak ngerti bisnis, apalagi bisnis cara baru seperti Gojek.” 

”Justru itu, Om Mik. Kalau sekadar partner, saya bisa cari sendiri. Tetapi, kalau cari orang baik, saya harus tanya Om Mik.” 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: