Cheng Yu Pilihan Duta Nusantara 2025 Rexyta Vamessa: Ru Xiang Sui Su
REXYTA VAMESA, Duta Nusantara 2025, berprinsip ru xiang sui su yang artinya di mana bumi dipijak, di situ langit dijunjung.--Dokumentasi Pribadi
HARIAN DISWAY - Di mana bumi dipijak, di situ langit dijunjung. Pepatah yang dalam Bahasa Mandarinnya berbunyi "入乡随俗" (rù xiāng suí sú) ini, dijadikan Rexyta Vamessa sebagai pedoman dalam bersikap dan berperilaku.
"Pepatah itu mengajarkan saya untuk selalu rendah hati, adaptif, dan menjunjung tinggi keberagaman sebagai kekuatan bangsa. Dengan memegang nilai tersebut, saya berusaha menjadi pribadi yang membawa dampak positif serta mampu merepresentasikan Indonesia dengan sikap yang beretika dan berbudaya," terang Duta Nusantara 2025 itu.
Keberagaman memang ada sisi plus dan minusnya. Akan menjadi plus kalau kita bisa mengelolanya dengan baik --sebagai ruang yang bisa mempertemukan pelbagai latar belakang manusia untuk saling belajar, misalnya.
Namun, keberagaman juga bisa berubah menjadi minus jika kita gagal memahaminya --apalagi jika ia dipolitisasi, dipertentangkan, atau dijadikan alasan untuk saling menyingkirkan dalam siklus lima tahunan, umpamanya.
BACA JUGA:Cheng Yu Pilihan Dokter Spesialis Ortopedi dan Traumatologi Theri Effendi: Zhi Zheng Zhao Xi
BACA JUGA:Cheng Yu Pilihan Ketua Persatuan Pedalangan Indonesia (Pepadi) Jawa Timur Sinarto: Hao Shan Le Shi
Makanya, "Sebagai generasi muda dan Duta Nusantara, saya percaya pentingnya menghormati nilai, budaya, dan adat di setiap lingkungan yang saya datangi," kata Rexyta, yang juga seorang modelling coach dan vocal coach.
Ya, dalam kehidupan sosial kita, keberagaman mesti kita pahami bukan sekadar sebagai fakta statistik tentang perbedaan suku, agama, bahasa, atau budaya; melainkan realitas hidup yang membutuhkan sikap saling menghormati.
Sebab, tanpa kesadaran demikian, perbedaan gampang sekali berubah (kalau bukan sengaja diubah oleh pihak tertentu) menjadi prasangka. Dari prasangka kemudian lahir kecurigaan, dan dari kecurigaan lantas mengeskalasi menjadi konflik tak berkesudahan.
Karena itu, kita perlu pendidikan dan keteladanan. Dengan pendidikan, kita akan diajarkan bahwa berbeda bukanlah sebuah kesalahan. Dengan keteladanan, kita akan terpacu untuk siap sedia dan dengan senang hati hidup dalam perbedaan.
BACA JUGA:Cheng Yu Pilihan Kepala Dinas Pendidikan Jawa Timur Aries Agung Paewai: Xue Wu Zhi Jing
Tanpa pendidikan dan keteladanan, keberagaman hanya akan menjadi omon-omon yang mudah dikompori, terbakar, lalu hangus oleh kepentingan sempit nan sesaat. (*)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: