Balai Pemuda, Ruang Tamu Kota yang Tak Pernah Tutup
Kondisi ruang bawah tanah di kompleks Balai Pemuda biasa digunakan untuk pameran dan pertunjukan seni.-Radix Syafi L-Radix Syafi L
Kalau kota Surabaya punya ruang tamu, mungkin namanya Balai Pemuda. Siapa saja boleh datang, duduk, bicara, atau diam saja tanpa ditanya maksud kedatangan.
Sore itu, Kamis, 27 November 2025, matahari baru saja mulai turun. Sinar keemasan menyusup di antara tiang-tiang kolonial di Kompleks Balai Pemuda.
Di teras samping, anak-anak muda tersebar: ada yang serius menatap laptop, ada yang tertawa terbahak karena lelucon kampungan, ada pula yang sibuk mengatur kabel sound system untuk acara malam nanti.
Semuanya berjalan begitu saja, tidak ada panitia yang berteriak, tidak ada aturan tertulis yang dipajang. Mereka tahu etikanya. Karena Balai Pemuda bukan cuma gedung. Ia ruang hidup.
Dulu, orang mengenal Balai Pemuda sebagai bangunan bersejarah yang cuma ramai kalau ada pameran UMKM atau pertunjukan resmi pemkot.
BACA JUGA:Di Balai Pemuda, Mereka Menemukan 'Rumah'
Sekarang? Ia jadi kampus terbuka bagi mahasiswa se-Surabaya. Tempat diskusi sastra digelar di aula utama, pameran seni instalasi muncul di lorong timur, dan malam minggu bisa jadi panggung musik akustik ala kafe-kafe kecil di Jogja.
Rangga Satria Pratama, kru acara Soerabaja Merajoed Asa, mengamati bahwa Balai Pemuda bukan sekadar lokasi acara. Gedung serba putih itu sudah menjadi bagian dari kebiasaan harian anak muda Surabaya. "Banyak yang datang bukan karena ada jadwal kegiatan, melainkan karena sudah terbiasa ke sini," ujarnya.
Dalam pandangannya, event-event bukan pencetus keramaian, melainkan respons terhadap denyut yang memang sudah ada di tempat ini.
Di balik kesan santainya, pengelolaan Balai Pemuda tetap mengikuti prosedur. Pengajuan acara tidak instan: konsep harus diuraikan, tujuan dijelaskan, dan aturan dipatuhi. "Harus urus izin," katanya.
Bagi Rangga, selektivitas ini justru tanda bahwa ruang ini dijaga, bukan dibatasi. Bagi mahasiswa, proses ini jadi pelajaran awal tentang cara mengelola ruang publik: menyusun gagasan, berkoordinasi, dan menghormati batas.
Yang membedakan Balai Pemuda dari venue lain adalah sejarahnya. Sebagai bangunan cagar budaya, setiap dinding dan lorongnya menyimpan lapisan waktu.
BACA JUGA:Transformasi Balai Pemuda, dari De Simpangsche Societeit hingga Alun-Alun Kota Surabaya
BACA JUGA:Transformasi Balai Pemuda, dari De Simpangsche Societeit hingga Alun-Alun Kota Surabaya
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: