Soerabaia Meradjoet Asa Bawa Lorong Waktu ke Balai Pemuda
Dua pemuda mengamati foto di pameran Soerabaia Meradjoet Asa Bawa Masa Lalu ke Balai Pemuda yang digelar di Balai Pemuda, Kamis, 27 November 2025.-Olfiana Arista-Olfiana Arista
Di tengah hiruk pikuk Balai Pemuda, langkah pengunjung melambat saat berpapasan dengan potret Surabaya tempo dulu, gedung kolonial, jalan sunyi, wajah orang yang hidup puluhan tahun silam. Pameran Soerabaia Meradjoet Asa menghidupkan kembali masa lalu itu lewat foto arsip dan film dokumenter.
Di tengah keramaian Balai Pemuda, sejumlah pengunjung berhenti lebih lama, Kamis, 27 November 2025. Bukan karena ada panggung atau musik, melainkan karena dinding-dinding di sana memajang foto hitam putih Surabaya tempo dulu.
Gedung gedung bergaya kolonial, jalan jalan yang belum dipadati kendaraan, dan wajah wajah yang tak dikenal tapi terasa akrab. Langkah kaki mereka seolah masuk lorong waktu, dari hiruk pikuk kota kini, kembali ke masa ketika Surabaya masih disebut Soerabaia.
Puluhan arsip foto itu bukan sekadar hiasan. Mereka adalah saksi diam perubahan kota, dikurasi dalam pameran bertajuk Soerabaia Meradjoet Asa.
Tak jauh dari pameran foto, dua film diputar bergilir selama tiga hari.
Ada Koesno, Jati Diri Soekarno yang menelusuri masa kecil sang proklamator, dan Budi Dokter Soetomo yang mengisahkan perjalanan Dr Soetomo dari masa kecil hingga menjadi tokoh pergerakan medis dan nasionalisme.
BACA JUGA:Surabaya Menulis Sejarah Baru di Halaman Balai Pemuda
BACA JUGA:Balai Pemuda, Ruang Tamu Kota yang Tak Pernah Tutup
Pameran berlangsung lima hari, tiga di antaranya dikhususkan untuk pemutaran film. Lokasinya sengaja dipilih, yaitu Balai Pemuda, gedung tua di jantung kota yang dulu jadi tempat pesta dansa dan pertunjukan musik.
Arsitekturnya khas kolonial, dengan jendela besar, pilar kokoh, dan ornamen Eropa yang masih utuh.
Bagi Rangga, pembawa acara sekaligus penjaga stand pameran, Balai Pemuda adalah tempat paling pas.
"Fasilitasnya bagus dan anak-anak muda sering ke sini," kata Rangga. Lokasinya juga strategis, dekat pusat kota, mudah dijangkau.
Tak heran, gedung Balai Pemuda kerap jadi lokasi pameran, event budaya, bahkan sesi foto wisuda. Di sini, sejarah tidak disimpan di balik kaca museum, melainkan hidup di tengah siapa saja yang lewat.
Yang datang ke Soerabaia Meradjoet Asa pun beragam. Ada siswa yang mampir seusai sekolah, duduk santai sambil melihat foto lama.
Ada pula warga usia lanjut yang berdiri lama di depan gambar gedung yang pernah mereka kenal.
Targetnya memang lintas usia, siapa saja yang ingin bersantai sekaligus menengok masa lalu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: