PENJURIAN Surabaya Tourism Awards (STA) 2022 sudah bergulir. Ada tiga kategori tempat wisata. Yaitu museum, bangunan bersejarah atau wisata religi, dan wisata kongko-kongko. Untuk kategori museum, para dewan juri meloloskan tiga museum. Yakni, Museum Pendidikan, Museum Blockbuster, dan Museum Technoform.
“Karena tiga museum itu punya produk-produk atau sajian yang unik,” ujar Dekan School of Tourism Universitas Ciputra Surabaya Agoes Tinus Lis Indrianto, Jumat, 27 Mei 2022. Ketiga museum itu punya skor unggul dalam enam kategori penilaian. Yakni kebersihan dan kenyamanan (CHSE), pelayanan prima, kreatif dan inovatif, informatif, punya dampak ekonomi bagi sekitar, dan punya konten favorit.
Dua museum relatif belum terlalu banyak dikenal orang-orang. Cuma Museum Pendidikan yang populer karena promosinya digencarkan Pemkot Surabaya. STA 2022 diharapkan mampu mengekspos tiga museum tersebut.
BACA JUGA: Nomine Surabaya Tourism Awards 2022 (2): Cerminan Warga Surabaya yang Toleran
“Dari tiga museum nanti akan dipilih satu sebagai pemenang,” lanjut Agoes. Tentu setelah dievaluasi oleh para dewan juri. Yakni dengan 6 kategori penilaian yang sudah ditetapkan. Hasilnya bakal diumumkan tepat pada HUT Surabaya ke-729, 31 Mei 2022.
Terpilihnya tiga museum sebagai nominasi tentu membuat para pengelola bangga. Mereka senang karena mendapat apresiasi. Apalagi jika mengingat usaha mereka mempertahankan operasional museum selama pandemi Covid-19.
Museum Blockbuster
MUSEUM BLOCKBUSTER memiliki koleksi ribuan action figure dari berbagai fandom.-Humas Museum Blockbuster untuk Harian Disway-
Museum Blockbuster yang punya 3.000 koleksi action figure itu baru dibuka pada medio 2019. Belum jalan setahun sudah dihantam pandemi Covid-19. “Sempat tutup berbulan-bulan. Beberapa UMKM kami juga menarik diri karena traffic pengunjung benar-benar anjlok,” ujar Event Coordinator Museum Blockbuster Febri Putra.
Ia pun bersyukur bisa melewati fase sulit itu dengan perjuangan yang keras. Hingga akhirnya mulai merangkak kembali pada November 2021.
Lalu lintas pengunjung perlahan naik. Terutama sejak momen libur natal dan tahun baru. Kemudian bersambung pada bulan Ramadan dan libur Lebaran. Sudah mulai banyak yang reservasi, baik di area food court maupun field trip.
Tim pengelola tentu menyiapkan strategi untuk lebih menggencarkan promosi. Dengan menggelar berbagai acara rutin bareng komunitas-komunitas di Surabaya. Misalnya, acara cosplay hingga game challenges.
Juga dengan pengembangan museum. Yakni bakal ditambah jumlah patung superhero dan photo booth. Agar bisa menarik pengunjung untuk berswafoto.
Febri pun optimistis strategi itu bisa makin mendongkrak volume pengunjung. Sudah seharusnya memanfaatkan momen agar dunia wisata bisa bangkit. “Sekarang mulai banyak yang datang terutama kalau weekend. Bisa sampai 400 orang,” katanya.
Museum Technoform
Keterpurukan serupa juga terjadi pada Museum Technoform. Cuma pengelola lebih kreatif. Memanfaatkan teknologi untuk beradaptasi dengan pandemi Covid-19. Yakni dengan menggelar tur virtual melalui Zoom meeting.
“Kita juga sering bikin bincang online tentang teknologi dan informasi di YouTube,” ujar staf admin Museum Technoform Galih Pratama Putra. Pengunjung juga bisa menikmati virtual room tour yang sudah disediakan di website. Fitur itu sengaja disediakan gratis sebagai media promosi.
Gagasan itu sangat adaptif. Terbukti museum tetap bisa menarik pengunjung meski keadaan memaksa tak boleh berkerumun. Bahkan layanan tur virtual itu masih laku hingga sekarang. Terutama permintaan dari banyak sekolah di Surabaya.
Target Museum Technoform memang lebih luas. Sebab, mencakup edukasi tentang perkembangan teknologi informasi. Kini, museum yang didirikan pada 28 November 2017 itu telah mengoleksi sebanyak 800 unit barang teknologi.
“Yang paling lawas ada beberapa. Misalnya, komputer Apple keluaran 1983, mesin kasir, sabak atau papan tulis kuno,” lanjut Galih. Atau juga ada handphone keluaran lawas. Semua barang-barang itu didapatkan dari pembelian ke kolektor hingga sumbangan alumni STIKOM (kini Universitas Dinamika).
Tim pengelola saat ini terus gencar mempromosikan museum lewat media sosial. Mulai Instagram, Facebook, YouTube, hingga website. Mereka kembali membuka layanan tur secara tatap muka. Meski yang paling laris saat ini permintaan tur virtual.
Museum Pendidikan
-Safitri-Harian Disway-
Sementara itu, Museum Pendidikan juga mengalami penurunan jumlah pengunjung selama pandemi Covid-19. Namun berhasil bangkit sejak akhir tahun lalu. Tim pengelola juga memanfaatkan digital untuk menarik banyak pengunjung.
Salah satunya, menyediakan e-katalog terkait koleksi museum. Juga dilengkapi dengan QR Code. “Sehingga koleksi yang termasuk benda usang bisa tetap disajikan dengan cara yang kekinian,” ungkap staff Museum Pendidikan M. T. Agus.
Museum Pendidikan memang punya daya tarik yang unik. Sebab berlokasi di gedung bekas kolonial yang sempat menjadi tempat Taman Siswa. Dari gedung itu saja sudah mencakup tiga kebutuhan para pengunjung. Yakni untuk edukasi, riset, sekaligus rekreasi.
“Pengunjung juga tertarik berfoto di sini. Misalnya dengan patung-patung manusia purba yang menggambarkan peradaban prasejarah,” kata Agus. (Mohamad Nur Khotib)