KESUKSESAN yang diraih oleh tak sedikit orang Tionghoa, tak menutup kemungkinan karena mereka bisa menjadi orang yang "四海为家" (sì hǎi wéi jiā). Pepatah pilihan Owner Karebosi Condotel Hasan Basri ini terjemahan bebasnya: menjadikan setiap penjuru serasa rumah sendiri. Dalam artian, mereka mampu menyesuaikan diri dengan segala situasi dan kondisi. Mereka sepertinya adalah pengamal diktum teori evolusi: barang siapa dapat beraptasi, maka tak akan mati.
Bayangkan, dahulu kala leluhur mereka, ya orang-orang dari Tiongkok itu, terpaksa bermigrasi ke luar negeri lantaran pelbagai macam gejolak yang terjadi di negaranya. Perang, kelaparan, sudah jadi makanan sehari-hari mereka. Untuk mencari penghidupan yang lebih baik, pilihan mereka akhirnya tertuju pada suatu negeri yang dikenalnya sebagai "Nanyang" (南洋) alias Samudra Selatan --sebuah istilah yang dipakai untuk merujuk wilayah di selatan Tiongkok, khususnya Asia Tenggara, di mana Indonesia adalah salah satunya.
Di tengah ganasnya ombak lautan yang harus diarungi, yang dibawa mereka tak ada, selain harapan --dan pakaian yang melekat di tubuhnya, tentu saja. Begitu sampai, mereka juga mesti menghadapi budaya yang sepenuhnya berbeda.
BACA JUGA:Cheng Yu Pilihan Owner Satoria Group Alim Satria: Ci Di Wu Yin San Bai Liang
Untungnya, keluwesan menyelamatkan mereka. Didiskriminasi bagaimanapun, tetap bertahan. Mau masuk politik kelewat ruwet, akhirnya pilih fokus berbisnis. Tidak asal-asalan, tidak aras-arasan. Sukses besar, hasilnya.
Begitulah. Bangsa-bangsa yang maju pesat di dunia, agaknya memang adalah bangsa yang dihimpit oleh keadaan yang kurang menguntungkan. Singapura, misalnya, karena kecil dan tanahnya tak mengandung apa-apa, terpacu untuk cari cara lain agar bisa berkembang.
Makanya, begitu Deng Xiaoping sowan kepada Lee Kuan Yew untuk bertanya resep kemajuan Singapura, Lee menjawab enteng, "Warga Singapura banyak yang asalnya migran dari Tiongkok. Ketika ke sini, mereka miskin sekali. Kalau kami bisa menjadikan rakyat Singapura sejahtera, masak kalian di Tiongkok tidak bisa?"
Tiongkok bisa sebegini melejit laju perekonomiannya, boleh jadi lantaran tantangan dari Lee Kuan Yew tersebut.
Indonesia mungkin perlu ada tantangan dulu? (*)