SURABAYA, HARIAN DISWAY - Imam Syafii baru saja terjun ke dunia jambret. Namun, Pria 49 tahun itu gagal total dengan sangat memalukan: kalah dengan bocah SD.
Unit Reskrim Polsek Dukuh Pakis menangkapnya, Sabtu, 21 Januari 2023.Siang itu, Imam lagi bingung. Sudah dua pekan ia tidak berkeliling jualan bakso. Modalnya habis, terpakai untuk kebutuhan rumah. Pikirannya tidak karuan. Petugas PLN sudah datang mengantarkan tagihan listrik. Rumahnya terancam gelap gulita. Jika tidak segera membayar akan disegel.
Bermodal kenekatan, warga jalan Putat Jaya itu berkeliling di wilayah hukum polsek Dukuh Pakis. Bukan untuk jualan bakso.Tujuannya, mencari sasaran untuk aksi penjambretan. Sebagai pelengkap, Imam juga membekali diri dengan senjata tajam (sajam).
Saat melintas di Jalan Dukuh Kupang gang 6. Pria bertato itu melihat sekumpulan anak kecil. Bocah SD berseragam pramuka itu tengah asik bermain game di handphonenya. Baginya mereka adalah sasaran empuk. Tidak mungkin melawan.
BACA JUGA:Presiden Real Madrid Pantau Xabi Alonso, Jaga-Jaga Jika Ancelotti Pensiun
BACA JUGA:Peluang Xabi Alonso Gantikan Jurgen Klopp di Liverpool
"Saat melakukan perampasan itu, pelaku juga mengeluarkan pisau dari balik baju. Dia memaksa korban menyerahkan handphonenya,” ujar Kapolsek Dukuh Pakis Kompol Muhammad Irfan, Sabtu, 28 Januari 2023.
Namun hal tak diduga terjadi. Bukannya takut korban malah melawan. Ia menarik baju Imam. Imam yang tidak berpengalaman juga tak tega menyabetkan sajam yang dibawanya.
Melihat kawannya melakukan perlawanan, enam bocah lainnya yang sempat kabur, kembali membantu. Mereka termotivasi ikut melawan. Warga sekitar yang melihat kejadian itu pun turut membambantu dan mengamankan pelaku. Imam sempat dihajar warga yang geram.
"Kami sangat mengapresiasi keberanian anak-anak ini. Berani melawan pelaku, yang bahkan saat itu membawa senjata tajam. Ini sangat luar biasa. Patut kami berikan reward," ucap Kapolsek.
Imam hanya bisa menyesali perbuatannya. Tidak bisa bayar listrik. Tidak bisa jualan bakso. Dan yang paling disesalinya adalah tidak bisa berkumpul dengan keluarga.
BACA JUGA:Sejarah dan Konflik Surat Ijo Surabaya: KPSIS Pilih Netral di Pilwali Surabaya (39)
BACA JUGA:Series Jejak Naga Utara Jawa (5): Melawan dengan Informasi(*)