Paket Komplet, Langgam, Gamelan, hingga Jaranan

Jumat 26-05-2023,08:00 WIB
Reporter : Taufiqur Rahman/Guruh Dimas Nu
Editor : Noor Arief Prasetyo

Perangkat desa setuju. Andik lantas berkonsultasi dengan pihak sekolah. Pihak sekolah tidak masalah. Kebetulan ekstrakurikuler budaya tari sedang butuh penguatan juga. Tinggal mencari siapa yang mengajari. Andik pun menghubungi seorang kawannya yang seorang seniman dan dalang, Ki Erwin Gunoasmoro.

Kini kesenian itu sudah bisa dinikmati kendati awalnya anak-anak SD itu masih sekedarnya menabuh. Beberapa gending seperti Gugur Gunung dan Gundul-Gundul Pacul sudah sangat enak didengar.

Budaya dengan irama yang mengentak juga menjadi pilihan. Salah satunya oleh Serda Nyamianto dari Kodim Nganjuk. Nyamianto yang tinggal di Desa Gemenggeng, Kecamatan Pace, Kabupaten Nganjuk, itu dipanggil bopo (bapak dengan kehormatan). Bopo Nyamianto adalah pemilik Sanggar Seni Jaran Kepang Manggolo Putro. 


Serda Nyaminarto Babinsa dari Kodim Nganjuk berpose dengan jaranan.-Elvina Talitha Alawiyah-

”Ya, seperti inilah. Rumah saya selalu ramai. Halaman depan ini biasanya dipakai latihan,” ujar Nyamianto.

Sambil berjalan ke arah gudang penyimpanan peralatan pentas, Nyamianto menceritakan bahwa grup jaran kepangnya menjadi salah satu yang terbesar. Ia punya peralatan lengkap. Mulai panggung, barong, panjak, hingga jaran kepang tentunya. Kelompok jaran kepangnya kebanjiran order. Sering kali ia harus melepas beberapa undangan karena jadwal bertabrakan.

Sosok Sertu Ali Mustofa, babinsa Posramil Gerih, Kodim Ngawi, malah tergambar dari aksi dalang cilik, Ridho Cahyo Utomo. Dengan lincah, dalang 13 tahun itu melempar wayangnya sembari bersenandung. Di belakang anak itu, terdapat beberapa pemain gamelan yang usianya sebaya. Mereka merupakan anggota dari Sanggar Seni Bodromoyo, Kedungputri, Ngawi. 


Sertu Ali Mustofa, babinsa dari Kodim Ngawi berfoto dengan kru karawitan yan dibinanya di Sanggar Bodronoyo.-Boy Slamet-

Ridho, misalnya, menjadi juara I dalam Festival Dalang Cilik Jawa Timur yang diselenggarakan UPT Taman Budaya Jawa Timur pada 2022. Semangat dan rasa ingin terus belajar itu muncul berkat motivasi dari babinsa Posramil Gerih, Ngawi, Sertu Ali Mustofa. 

”Generasi muda seperti mereka harus punya kemauan untuk nguri-uri seni tradisi. Kalau tak ada yang melestarikan, tak dilanjutkan secara estafet, tradisi kita bisa punah,” ungkapnya. 

Sore itu, 16 Mei 2023, ia didampingi rekannya, Peltu Parji dan Dwi Sukarno, ketua Sanggar Seni Bodromoyo. 

Ali mulai terlibat untuk berkontribusi dalam sanggar sejak 2022. Tak berapa lama setelah Hari Wayang Nasional pada tahun tersebut. Ia tertarik dengan penampilan para pengrawit dan dalang muda dari Sanggar Seni Bodromoyo. Tapi, mereka hanya berkesnian di pelataran warga. Kan sayang,” ungkapnya. 

Bagi Ali, penampilan mereka seharusnya ditempatkan di panggung yang layak, event yang prestisius sehingga nama mereka dapat makin dikenal publik. ”Saya menjalin kerja sama dengan berbagai pihak supaya lebih peduli pada eksistensi seni tradisi. Apalagi, yang dimainkan oleh anak muda,” ungkap pria 43 tahun itu. 

Berkat Ali, keinginan para anggota Sanggar Seni Bodromoyo terpenuhi. Mereka tampil di event-event besar yang beberapa di antaranya diselenggarakan instansi pemerintah. (*)

 

Kategori :