Hal yang lumrah dialami jemaah ketika akan pergi haji atau umrah, banyak yang ingin dibawa. Sedangkan berat koper bagasi dan kabin dibatasi oleh maskapai penerbangan. Cukup menyita waktu dan pikiran karena perlu memilah-milah mana yang perlu dibawa dan mana yang bisa ditinggal. Pamuji Setyawan dari Biro Haji dan Umrah Dewangga kantor cabang Ngawi melaporkan dari Makkah.
---
Sembari mengemas koper, sesekali saya melihat WhatsApp (WA). Memantau perkembangan info seputar keberangkatan haji. Ada WA dari Pak Gucik, ketua KBIHU Surya Mabrur. Saya baca cepat WA-nya.
“Assalamualaikum Mas Wawan,” kata Pak Gucik. Wawan adalah nama panggilan saya sejak kecil .
"Waalaikumussalam, Pak. Ada yang bisa dibantu, Pak?"
"Koper Mas Wawan masih ada tempat longgar?" tanya Pak Gucik.
"Ini masih proses packing, Pak. Ada apa, Pak?"
"Ini Mas. Teman-teman kloter 11 yang sudah di Arab Saudi titip dibelikan kopi sachetan."
"Kok nggak beli di sana saja, Pak?" Maksudnya kenapa tidak beli di sekitaran hotel di Makkah atau Madinah. Banyak toko yang jualan di sekitaran hotel.
“Mahal, Mas. Kata teman-teman yang kemarin sudah berangkat. Ini pada nitip ke Mas Wawan. Nanti biar diambil di hotelnya mas Wawan.”
“Oh, nggih Pak. Masih cukup kalau menambah beberapa lagi”
BACA JUGA:Kabar Dari Tanah Suci (3): Mau Murah, Bayar Pakai Jokowi
Singkat kata, ada 6 paket yang saya bawa dari Ngawi ke Makkah. Rata-rata isinya kopi sachet, jahe sachet dan ada juga topi dan tas selempang.
Penasaran dengan harga kopi sachetan dan lainnya, ketika tiba di Makkah, saya luangkan waktu untuk mampir ke toko makanan minuman di sebelah hotel. Ternyata memang betul. Harganya lumayan mahal. Satu sachet kopi, jahe, dan Energen rata-rata 3 riyal per sachet atau sekitar Rp 13 ribu.
Kalau tiap hari bikin kopi, dan kopinya beli di sini, ternyata lumayan menguras riyal.