“Iya tapi menginapnya itu loh, mas…”
“Iya kenapa ndan,”
“Ini coba ngomong sendiri sama babinsanya.”
“Lho, beneran mau nginep disitu?” serbu Serma Nurhadi, Babinsa Bangsring. Saya pun mulai dirayapi kecurigaan. Tapi setiap kali saya tanyain ada apa, para tentara ini selalu mengelak.
Kami tiba di Pantai Bangsring sekitar pukul 4 sore. Sudah telat sekali. Tapi ya cukup untuk sekedar penyambutan dan pembukaan formal kecil-kecilan. Yang hadir lumayan ‘kakap’, yakni Kepala Staf Kodim (Kasdim) Banyuwangi, Kapten Inf Mustohir. Kendati kakap, tapi kami tetap gayeng.
Saking gayeng-nya enjoy sekali dia menakut-nakuti saya. “Mas,” bisiknya lirih “Tenanan (beneran) mau nginep disini?” katanya sambil memasang muka serius. Asem, saya merasa seperti sedang di-prank berjamaah.
“Loh memangnya kenapa ndan?” kata saya. Si Kasdim usil malah senyum-senyum dan mengangkat jempol “Kendel sampean!
” Wah, gak bener ini, teriak saya dalam hati.
Sebelum sinar surya benar-benar habis ditelan kegelapan, saya menyempatkan jalan-jalan menginspeksi garis pantai. Ditemani Mas Holis. “Mas, tolong jawab, ini sebenarnya ada apa. Kalau pun nanti malam ada genderuwo, minimal saya bisa persiapan,” todong saya sambil mencengkeram lengannya.
Mas Holis memandangi saya “Kalau sampean sih aman mas, khawatir rombongan sampean ini,” katanya. Wah, asem tenan wong-wong iki, gerutu saya dalam hati.(*)
Malam menegangkan masih berlanjut. Baca edisi besok