Penjurian Lapangan Brawijaya Award (25): Tetap Semangat Walaupun Telat Jadwal

Selasa 27-06-2023,09:00 WIB
Reporter : Taufiqur Rahman
Editor : Noor Arief Prasetyo

Saya mengambil nafas panjang sebelum mengakhiri ritual mandi cahaya matahari terbit di Pantai Bangsring. Hari ini akan melelahkan. Apalagi ketika membaca WAG koordinasi penjurian Brawijaya Award: 

Tim 1 Kembali ke Surabaya

Tim 2 sudah selesai, perjalanan kembali ke Surabaya. 

Tim 3 menuju Surabaya. 

Saya pun menuliskan laporan sambil mengirimkan foto matahari terbit di ujung timur Pulau Jawa. “Misi tim 3 masih akan berlanjut hari ini,” tulis saya. 

Kebetulan dibalas oleh Direktur Utama Harian Disway Tomy C. Gutomo. “Semangat tim 3.”

Penilaian di Bangsring memang masih berlanjut. Mungkin sampai siang. Kemudian setelah dhuhur kami ditunggu oleh Staf Ter Kodim 0825 Banyuwangi di Desa Watukebo, Kecamatan Blimbingsari, Banyuwangi. 

Itupun tugas tim 3 belum sepenuhnya selesai. Tatkala Pak Yusuf, Fiu, dan Rozak kembali ke Surabaya nanti malam. Saya harus melanjutkan penjurian sampai hari Senin depan. Seorang diri. 

Namun segala kegalauan dan kegundahan terkait penjurian semuanya terbayar lunas saat menyaksikan betapa birunya lautan dan Pantai Bangsring serta Selat Bali di kejauhan. Cuaca cerah. Langit tak berawan. Lautan biru nyaris tanpa noda. 

Sepanjang garis pantai asri dipenuhi pepohonan. Di belakang formasi kanopi, tegak menjulang biru adalah Gunung Baluran. Berdiri gagah ditemani awan putih.

Sekitar pukul 07.00 WIB, Pak Nurhadi dan Pak Kadek datang. Rencananya, hari itu saya dan Fiu akan nyemplung untuk melihat langsung keindahan kawasan konservasi terumbu karang yang tengah diperjuangkan oleh para nelayan Bangsring. 

Para nelayan menetapkan area kurang dari 100 meter dari bibir pantai sebagai area konservasi. Siapapun dilarang untuk menangkap ikan ataupun mengambil karang. Di kawasan konservasi itu, tumbuh berbagai macam karang yang dihuni ikan-ikan hias. Seperti ikan badut yang ada di film Finding Nemo, kakaktua, kakap, dan baronang. 

Pertama-tama, kami membuat sebuah bingkai bakal rumah bagi terumbu karang. Bingkai dibuat dari pipa berukuran 1 dim yang dibentuk seperti kuadran kotak. Kemudian tali temali diikatkan saling melintang.

Di tengah lintangan itulah benih terumbu karang diikat menggunakan kabel tis. Kebetulan pagi itu juga ada praktik membuat bingkai rumah karang oleh mahasiswa-mahasiswi dari Politeknik Banyuwangi. 

Membuat bingkai rumah karang ini memang gampang-gampang susah. Terlalu kencang rumahnya bengkok, terlalu kendor bibit karang hanyut dimakan samudera. Salah posisi kabel tis, lengan karang tidak bisa tumbuh baik. Ikan-ikan lalu ogah mampir. 

Kategori :